Bisnis.com, JAKARTA - Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Bursa Indonesia masih belum terangkat sejak awal tahun hingga saat ini, meski jam perdagangan telah kembali normal. Analis melihat terdapat beberapa penyebab dari kecilnya nilai transaksi ini.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan kecilnya transaksi Bursa meski jam perdagangan telah kembali normal salah satunya disebabkan oleh event puasa. Dia mencermati transaksi Bursa saat bulan Ramadan cenderung mengalami penurunan.
"Perubahan jam bursa ini terjadi pada saat puasa, biasanya saat puasa transaksi mengalami penurunan," kata Nico kepaa Bisnis, Selasa (4/4/2023).
Menurutnya, pasar saat ini membutuhkan sentimen yang positif untuk mendorong terciptanya transaksi. Nico mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada dalam fase konsolidasi sejak 20 Januari hingga 6 Maret 2023, dan hanya bergerak pada rentang 6.785-6.955.
Menurutnya, pasar membutuhkan dorongan dan sentimen yang membuatnya naik atau turun. Dia pun mencermati pasar saat ini telah keluar dari fase konsolidasi dan mencapai breakout pada 7 Maret 2023.
Dia menilai beberapa sentimen global maupun dalam negeri memainkan peranan penting menggerakkan pasar seperti inflasi yang turun dari zona Eropa, terbatasnya ruang kenaikan suku bunga bank sentral, dan pemilu yang akan diadakan sebentar lagi.
Baca Juga
"Pemilu ini akan membawa aspek positif, apalagi kalau yang dicalonkan disukai pasar," ucapnya.
Sebagai informasi, hari ini IHSG ditutup menguat 0,09 persen setelah melemah sepanjang perdagangan ke level 6.833. Sebanyak 17,6 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi Rp8,64 triliun, dan frekuensi perdagangan 1,43 juta kali.
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman menilai tidak terjadi perubahan pada fundamental ekonomi Indonesia, dengan ekspektasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,8 hingga 5 persen di tahun ini. Selain inflasi, Iman menilai fundamental ekonomi Indonesia tidak berubah.
"Jadi kenapa bursa kita ini negatif yang lain positif, karena sebagian besar mereka mulai monetisasi. Jadi mereka berpindah alokasi pendanaan dari bursa yang positif tahun lalu, ke bursa yang negatif tahun lalu," ucap Iman.
Selain itu, di tengah kuartal I/2023 juga menurutnya terjadi beberapa peristiwa tidak terduga seperti kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), merger antara UBS dan Credit Suisse yang menimbulkan fluktuasi kepercayaan investor global, dan juga potensi resesi global.