Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Pasar Obligasi Jelang Puncak Kenaikan Suku Bunga The Fed

Prospek pasar obligasi Indonesia menjelang puncak kenaikan suku bunga The Fed diprediksi tetap cerah.
Prospek pasar obligasi Indonesia menjelang puncak kenaikan suku bunga The Fed diprediksi tetap cerah.
Prospek pasar obligasi Indonesia menjelang puncak kenaikan suku bunga The Fed diprediksi tetap cerah.

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek pasar obligasi Indonesia menjelang puncak kenaikan suku bunga The Fed diprediksi tetap cerah. Sebagaimana diketahui, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan FOMC 21—22 Maret 2023.

Director & CIO Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan, fundamental domestik yang stabil dan nilai kurs yang kembali menguat menjadi angin segar untuk pasar obligasi.

"Dengan siklus kenaikan suku bunga The Fed mendekati puncaknya dan pengetatan Bank Indonesia diperkirakan sudah selesai maka pasar obligasi Indonesia lebih supportif," ujar Ezra kepada Bisnis, Rabu, (29/3/2023).

Kendati demikian, Ezra memprediksi imbal hasil obligasi jangka menengah 10 tahun mengarah turun ke level 6,5 persen hingga akhir tahun.

"Kami tetap perkirakan imbal hasil 10 tahun dapat mengarah turun ke level 6,5 persen di akhir 2023," jelasnya.

Di lain sisi, Fixed Income Analyst PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Doni Kuswantoro dalam rilisnya menyampaikan setelah puncak suku bunga BI tercapai, suku bunga komersial termasuk imbal hasil obligasi negara Indonesia diperkirakan akan menurun sehingga dapat mendorong perusahaan menerbitkan obligasi.  

Pasalnya, kebutuhan untuk ekspansi dan refinancing di tengah terkendalinya tingkat inflasi dan membaiknya daya beli masyarakat akan menarik minat perusahaan menerbitkan obligasi. Apabila hal ini terealisasi, menurutnya investasi pada obligasi korporasi akan menghasilkan kinerja yang menarik seiring potensi penurunan suku bunga ke depannya. 

"Tingkat imbal hasil obligasi korporasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Surat Utang Negara membuatnya menjadi salah satu alternatif investasi pada kelas aset obligasi. Namun risiko kredit dan risiko likuiditasnya yang juga relatif lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah tetap harus dicermati," papar Doni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper