Bisnis.com, JAKARTA – Entitas asoisasi Grup Astra PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) membukukan laba bersih Rp52,66 miliar tumbuh 7,75 persen selama 2022.
Torehan tersebut tumbuh dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp48,95 miliar. Adapun pertumbuhan laba bersih disebabkan oleh terkereknya pendapatan ARKO hingga 24,94 persen selama tahun berjalan.
Pendapatan emiten yang bergerak di bidang energi baru terbarukan itu parkir di posisi Rp247,88 miliar naik dbandingkan dengan tahun sebelumnya Rp198,39 miliar. Segmen yang berkontribusi paling besar adalah jasa konstruksi yang mencapai Rp187,80 miliar dan penjualan listrik Rp59 miliar.
PT PLN tercatat menjadi klien utama perseroan dengan kontribusi pendapatan sebesar Rp246,84 miliar. Akan tetapi, pertumbuhan pendapatan disertai dengan peningkatan beban pokok sebesar 35,27 persen menjadi Rp120,76 miliar yang ikut menekan bottom line perseroan.
Setelah dikurangi pajak dan beban-beban lainnya, laba per saham ARKO naik tipis dari posisi tahun lalu Rp19 menjadi Rp20. Sementara itu, total liabilitas tercatat naik dari Rp517 miliar pada 2021 menjadi Rp547 miliar pada akhir 2022.
Adapun total asset perseroan mencapai Rp947 miliar naik dari posisi tahun lalu Rp688 miliar. Hal itu berkat ditopang oleh asset keuangan dari proyek konsesi Rp572 miliar.
Baca Juga
Sebelumnya, PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO), akan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala besar.
Entitas usaha ARKO, PT Arkora Hidro Tenggara (AHT) mencaplok saham PT Arkora Bakti Indonesia (ABI) di PT Arkora Kalimantan Energi Hijau (AKEH) untuk pengembangan PLTA tersebut.
Berdasarkan keterbukaan informasi perseroan, pada 30 Desember 2022, ABI, AHT, dan AKEH telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat, di mana AHT membeli saham milik ABI pada AKEH sejumlah 2.499 lembar saham.
“Sehingga nilai transaksi yang dilakukan sebesar Rp2,49 miliar,” jelas Manajemen ARKO, dikutip Kamis (5/1/2022).
Adapun latar belakang dari transaksi ini adalah karena AKEH sudah memiliki Izin Prinsip dan Izin Lokasi di Kalimantan Barat yang mempunyai potensi untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air skala besar dengan kapasitas 50 MW
Dengan transaksi ini, perseroan melalui AKEH akan mengembangkan potensi pembangkit listrik tenaga air skala besar tersebut dengan melakukan studi-studi yang diperlukan, serta melakukan konstruksi tenaga listrik sampai dengan tahap pembangkit listrik beroperasi secara komersial.
Selanjutnya, transaksi ini merupakan suatu transaksi afiliasi yang wajib menggunakan penilai dalam menentukan nilai wajar dari Objek Transaksi Afiliasi dan/atau kewajaran transaksi tersebut, serta perlu diumumkan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam POJK 42/2020.
“Namun, transaksi afiliasi ini bukan merupakan transaksi benturan kepentingan sebagaimana diatur dalam POJK 42/2020,” paparnya.