Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melesat pada pekan ini ditopang oleh sentimen pembagian dividen.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Rifqi Satria Dinandra mengatakan dividen dari emiten-emiten perbankan yang memiliki bobot besar untuk IHSG dibagikan dalam 2 minggu ini.
“Kebiasaan pelaku pasar saat ada pengumuman dividen, mereka langsung buru-buru beli biar dapat dividennya. Hal ini memengaruhi laju positif IHSG yang akhirnya menguat pada pekan lalu," katanya Selasa (28/3/2023).
Menurutnya dividen emiten perbankan, akan menyulut dua sentimen yang memengaruhi laju IHSG yakni inflow asing. Adapun pekan lalu dengan hanya 3 hari perdagangan ternyata mampu membuat asing melakukan aksi beli cukup besar senilai Rp2,38 triliun dengan top 5 di dominasi emiten perbankan dan dilanjutkan pada emiten berkapitalisasi besar lainnya.
"Setelah ada pengumuman dividen perbankan, asing ramai-ramai memborong. Hal ini jelas terlihat dari saham-saham BMRI, BBCA dan BBRI yang diborong asing hingga lebih dari 2 triliun sendiri. Investor asing masuk lagi. Selain itu, investor asing juga masuk lagi ke dalam negeri melalui saham-saham berkapitalisasi besar lainnya," tegasnya.
Terkait kenaikan suku bunga di AS yang sudah kesembilan kalinya berturut-turut, ini jelas menjadi sentimen positif untuk market. The Fed menaikkan suku bunga 25 bps.
Baca Juga
"Kenaikan suku bunga ini sebenarnya jadi sentimen positif, karena kenaikan suku bunganya sedikit-sedikit alias sudah diredam. Pelaku pasar juga sudah berharap suku bunga akan berhenti dinaikkan tahun ini," tegasnya.
Terkait sentimen minggu ini, Rifqi menegaskan ada sentimen Indeks PCE AS yang akan memengaruhi market. Indeks PCE (Personal Consumption Expenditures Price Index) adalah ukuran inflasi yang digunakan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, yaitu Federal Reserve, untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen.
Ia menandaskan Indeks PCE sudah dalam tren penurunan sejak tahun lalu baik secara YoY atau MoM. Tren penurunannya akan meyakinkan The Fed untuk pivot dalam kebijakan suku bunganya.
"Jika sesuai atau lebih rendah dari konsensus maka akan menjadi sentimen positif untuk Amerika dan khususnya Indonesia,” pungkasnya.