Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Sabtu pagi WIB, karena aksi ambil untung usai memecahkan rekor sepanjang masa.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 0,61 persen menjadi US$1.983,80 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.006,50 dan terendah di US$1.977.70.
Meski terkoreksi di akhir pekan, selama lima hari perdagangan harga emas masih mampu menguat 0,5 persen. Kekhawatiran inflasi yang meningkat juga membuat emas menarik bagi investor meskipun seorang pejabat senior Federal Reserve mengatakan pada Jumat (24/3/2023).
Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard mengatakan kepada wartawan pada Jumat (24/3/2023) bahwa Federal Reserve kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan. Setelah melihat respons cepat regulator AS meredakan tekanan di sektor perbankan, sementara ekonomi dan inflasi tetap lebih kuat dari yang diharapkan.
"Harga emas akan tetap didukung di tengah meningkatnya ketidakpastian kebijakan ekonomi AS dan risiko kenaikan inflasi," kata analis BCA Research yang berbasis di Montreal dalam sebuah catatan yang dilansir dari Antara.
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada Jumat (24/3/2023) beragam. Indeks aktivitas bisnis jasa-jasa AS dari S&P Global membukukan 53,8 pada Maret, naik dari 50,6 pada Februari untuk menandakan ekspansi yang solid dalam aktivitas bisnis sektor jasa.
Baca Juga
Sementara itu, Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur AS dari Global S&P berada di 49,3 pada Maret, naik dari 47,3 pada Februari, dan menandakan sedikit penurunan dalam kondisi operasi di seluruh sektor manufaktur selama bulan Maret.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan baru AS untuk barang tahan lama turun satu persen pada Februari menjadi 268,4 miliar dolar yang disesuaikan secara musiman.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 8,30 sen atau 0,36 persen, menjadi ditutup pada US$23,339 per ounce. Platinum untuk pengiriman April tergelincir 0,91 persen, menjadi menetap pada US$983,90 per ounce.