Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menguat pada akhir perdagangan berkat ditopang penguatan suku bunga oleh The Fed sebesar 25 basis poin.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, pada Rabu (22/3/2023), melonjak 2,37 persen menjadi US$1.995,90 per ounce. Hal itu adalah level penyelesaian tertinggi sejak 10 Maret 2022, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.005,10 dan terendah US$1.967,30.
Pasar menjadi bullish sekalipun Ketua Federal Reserve Jerome Powell menolak ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga tahun ini. Pasalnya, pasar berfokus pada sikap The Fed yang kurang hawkish terhadap pernyataan tersebut, yang menunjukkan bank sentral akan segera mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan selama dengar pendapat di hadapan subkomite Senat pada Rabu (22/3/2023) bahwa regulator AS tidak ingin memberikan jaminan simpanan "menyeluruh" untuk menstabilkan sistem perbankan AS tanpa bekerja sama dengan anggota parlemen, dan bahwa kepala-kepala pemberi pinjaman Amerika yang baru saja gagal harus dimintai pertanggungjawaban.
"Saya belum mempertimbangkan atau mendiskusikan apapun yang berkaitan dengan jaminan menyeluruh atau jaminan simpanan," kata Yellen dilansir dari Antara.
Sementara itu, Ed Moya, analis di platform perdagangan online OANDA berpendapatan emas menjadi perdagangan favorit di Wall Street karena banyak pedagang tetap gugup pasca-Fed dan seberapa cepat otoritas AS dapat menahan gejolak perbankan lebih lanjut.
Baca Juga
“Emas akan bersinar di sini dan tampaknya diposisikan untuk menemukan posisi di atas level 2.000 dolar AS. Lari ke wilayah rekor tidak terlalu jauh dan bisa terjadi jika masalah stabilitas keuangan tidak mereda.”
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 47 sen atau 2,06 persen, menjadi ditutup pada 23,256 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April bertambah 5,90 dolar AS atau 0,60 persen menjadi menetap pada 992,90 dolar AS per ounce.
Tim riset MIFX meyakini kalau Federal Reserve menahan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut sehingga menyebabkan dolar AS melemah. Hal tersebut membuka peluang kenaikan harga emas. Mereka menilai harga emas berpeluang dibeli menguji level resistance US$1990 selama harga tidak mampu menembus level support US$1973.