Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak tergelincir usai menjalankan reli kenaikan tiga hari beruntun karena aksi profit taking.
Investor segera pasang mode jual setelah Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan kepada anggota parlemen bahwa mengisi ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR) negara itu mungkin memakan waktu beberapa tahun.
Akibatnya minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei merosot 1,33 persen ke US$69,96 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei turun 1,02 persen, menjadi US$75,91 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
“Kemunduran harga terjadi karena "pedagang mengambil keuntungan setelah rebound yang kuat," kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire, Kamis (23/3/2023) dikutip dari Antara.
Analis UBS Giovanni Staunovo berpendapat pernyataan Granholm juga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi kelebihan pasokan. Terutama karena Departemen Energi berencana untuk melanjutkan pelepasan tambahan 26 juta barel sebagai bagian dari mandat kongresnya.
Harga acuan minyak telah terangkat sekitar satu persen lebih tinggi sebelum komentar Granholm, didukung oleh dolar yang lebih rendah dan harga bensin yang lebih tinggi.
Baca Juga
Pelaku pasar minyak juga terus mencerna data stok bahan bakar AS. Badan Informasi Energi AS melaporkan Rabu (22/3/2023) bahwa persediaan minyak mentah negara itu meningkat 1,1 juta barel selama pekan yang berakhir 17 Maret.
Total persediaan bensin motor turun 6,4 juta barel pekan lalu, sementara stok bahan bakar sulingan turun 3,3 juta barel, menurut laporan itu.