Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak ditutup lebih rendah pada akhir perdagangan Sabtu pagi WIB, karena kekhawatiran atas sektor perbankan menyebabkan kedua harga acuan mencapai penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei tergelincir 2,3 persen menjadi menetap di US$72,97 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman April jatuh 2,4 persen menjadi US$66,74 per barel.
"Fundamental yang mendasarinya tidak seburuk apa yang diperkirakan di sini, tetapi ada kekhawatiran bahwa minyak tidak seaman uang tunai atau emas," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York dikutip dari Antara.
Harga minyak mengikuti pasar ekuitas yang lebih rendah, dirundung oleh krisis sektor perbankan dan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi.
Ketiga indeks saham utama AS turun tajam dalam perdagangan sore, dengan saham keuangan turun paling banyak di antara sektor utama S&P 500 setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank dan dengan masalah di Credit Suisse dan First Bank Republik.
Harga-harga telah pulih setelah langkah-langkah dukungan dari bank sentral Swiss dan pemberi pinjaman AS, tetapi turun lagi ketika SVB Financial Group mengatakan telah mengajukan reorganisasi.
Baca Juga
Tekanan berasal dari "keadaan pasar yang terus rapuh", kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank. Para analis masih memperkirakan pasokan global yang terbatas untuk mendukung harga minyak di masa mendatang.
Anggota OPEC+ mengaitkan pelemahan harga minggu ini dengan pendorong keuangan daripada ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, menambahkan bahwa mereka memperkirakan pasar akan stabil.
Penurunan WTI minggu ini menjadi kurang dari 70 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021 dapat memacu pemerintah AS untuk mulai mengisi Cadangan Minyak Strategis, meningkatkan permintaan.
Dan para analis memperkirakan pemulihan permintaan China menambah dukungan harga, dengan ekspor minyak mentah AS ke China pada Maret menuju level tertinggi dalam hampir dua setengah tahun.
Arab Saudi dan Rusia dalam pertemuan pada Kamis (16/3/2023) menegaskan komitmen mereka terhadap keputusan OPEC+ Oktober lalu untuk memangkas target produksi sebesar dua juta barel per hari hingga akhir 2023.
Panel pemantauan OPEC+ akan bertemu pada 3 April.