Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Adu Kuat Sentimen The Fed dan Plafon Utang AS bagi Pasar Obligasi

Investor surat utang cenderung lebih mencermati langkah The Fed untuk mengambil keputusan.
Setyo Aji Harjanto
Setyo Aji Harjanto - Bisnis.com 20 Maret 2023  |  21:32 WIB
Adu Kuat Sentimen The Fed dan Plafon Utang AS bagi Pasar Obligasi
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. - federalreserve.gov

Bisnis.com, JAKARTA - Investor surat utang Indonesia bakal cenderung menyoroti hasil pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (AS) pada 21-22 Maret 2023, ketimbang usulan kenaikan batas plafon pemerintah AS. 

Seperti diketahui, Ketua Parlemen AS Kevin McCarthy bertemu dengan Presiden AS Joe Bidan pada hari St Patrick. Dalam pertemuan itu McCarthy mengaku berbicara soal plafon utang AS senilai US$31,4 triliun.

Biden diketahui enggan bernegosiasi soal plafon utang dengan Partai Republik. Menurut McCarthy kurangnya negosiasi bisa membuat ekonomi AS dalam bahaya.

Partai Republik ingin Biden memangkas pengeluaran. Di sisi lain Biden ingin menaikan plafon utang. Diketahui, ada isu dan ancaman gagal bayar atas utang AS.

Analis menyebut sentimen ini tidak akan banyak mempengaruhi investor, terutama terhadap pasar surat utang di Indonesia. Hal semacam ini biasa terjadi di AS. 

Research and Consulting Infovesta Utama Nicodemus Anggi menyebut AS kemungkinan besar akan kembali menaikan plafon utangnya.

"Amerika berulang kali mengalami kejadian seperti ini, namun pada akhirnya permintaan untuk menaikkan plafon disetujui, nantinya saya prediksi akan seperti ini, jadi ini saya nilai bukan menjadi sesuatu baru yang dikhawatirkan pelaku pasar," kata Anggi kepada Bisnis, Senin (20/3/2023).

Anggi mengatakan investor surat utang cenderung lebih mencermati langkah The Fed untuk mengambil keputusan. Menurut dia, jika The Fed melonggarkan kebijakan moneternya, terutama terkait suku bunga, maka hal ini akan berdampak positif terhadap pasar surat utang dan obligasi di Indonesia.

"Jika memang terjadi pelonggaran itu akan menjadi katalis positif untuk pasar obligasi Indonesia, apalagi real yield kita masih lebih atraktif dibanding kawasan emerging market regional lainnya. Sehingga proyeksi obligasi Indonesia akan lebih baik dibanding tahun 2022," kata Anggi.

Beberapa waktu lalu, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva memperingatkan gagal bayar utang pemerintah Amerika Serikat akan menekan konsumen di AS dan merugikan perekonomian global.

Komentar kepala IMF ini menambah peringatan tentang risiko krisis pasar yang lebih parah dari dampak inflasi AS jika Kongres AS gagal menyelesaikan kebuntuan antara Partai Republik dan Presiden Joe Biden terkait peningkatan pagu utang.

Georgieva mengharapkan bahwa bahwa hal ini tidak akan terjadi. Dia juga menyinggung perdebatan mengenai pagu utang AS di pemerintahan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Obligasi surat utang negara the fed
Editor : Farid Firdaus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top