Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia akan mendapat tambahan satu lagi emiten tambang nikel baru, PT Trimegah Bangun Persada (NCKL). Dengan target dana IPO jumbo, valuasinya dinilai tinggi oleh analis.
Emiten yang akan memiliki sandi saham NCKL itu merupakan perusahaan pertambangan nikel terintegrasi yang beroperasi di pulau Obi. Per 2022, NCKL mengoperasikan dua tambang bijih nikel dan dua smelter, yakni smelter rotary-kiln electric furnace (RKEF) berkapasitas produksi 25 ktpa dan sebuah smelter HPAL berkapasitas 37 ktpa.
NKCL rencananya bakal melantai di bursa pada 12 April 2023 mendatang. Perseroan menawarkan sebanyak 12,1 miliar saham atau setara dengan setara dengan 18 persen dari modal ditempatkan disetor dengan kisaran harga bookbuilding Rp1.220 – Rp1.250 per saham. Dari IPO tersebut NCKL berpotensi meraup Rp14,8 triliun-Rp15,1 triliun.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap dan Abraham Gosal mengatakan valuasi saham NCKL memang sedikit lebih premium dibanding rata-rata perusahaan di industri yang sama, pada 17,3 – 17,8 kali dari P/E 2022.
Adapun, sampai dengan November 2022, NCKL telah membukukan laba bersih sebesar Rp4,3 triliun atau melesat 239,6 persen yoy.
“Jika laba bersih NCKL disetahunkan, dengan jumlah saham beredar 55 juta, valuasi kami untuk NCKL adalah 17,3 – 17,8 P/E 2022, dan diperdagangkan pada nilai yang 2,6 – 5,1 persen lebih tinggi dari rata-rata multiple industrinya,” jelas Tim Analis Samuel Sekuritas Indonesia.
Baca Juga
Dari target dana IPO, NCKL berencana menggunakan dana IPO sebanyak 28 persen untuk pembayaran utang, 2 persen akan digunakan sebagai Capex, 32 persen akan digunakan untuk investasi anak perusahaan, termasuk untuk mendanai proyek RKEF dan HPAL, dan sisanya akan digunakan sebagai modal kerja.
NCKL sendiri per 2022 telah mengoperasikan dua tambang bijih nikel dan dua smelter, yaitu smelter rotary-kiln-electric furnace (RKEF) berkapasitas produksi 25 ktpa dan sebuah smelter HPAL berkapasitas 37 ktpa.
Perseroan menargetkan untuk meningkatkan kapasitas produksi feronikelnya menjadi 219 ktpa pada 2025 dan kapasitas smelter HPAL-nya menjadi 120 ktpa pada 2024. Proyek RKEF 9 ktpa dan 185 ktpa akan memulai kegiatan produksinya masing-masing pada kuartal II/2023 dan kuartal II/2025.
Sementara itu, pembangunan smelter HPAL milik NCKL akan dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama berkapasitas 37 ktpa sudah selesai dan saat ini beroperasi dengan kapasitas penuh. Tahap kedua dengan kapasitas 18 ktpa, dan total kapasitas NCKL 55 ktpa diperkirakan akan memulai aktivitas produksi pada kuartal I/2023.
Untuk tahap ketiga, NCKL menargetkan untuk mendapatkan angka produksi tambahan sebesar 65 ktpa dari anak perusahaan Lygend (mitra NCKL), ONC (NCKL memegang 10 persen saham ONC) mulai kuartal I/2024, yang akan meningkatkan total kapasitas HPAL NCKL menjadi 120 ktpa.
“Dengan asumsi semua proyek berjalan, NCKL akan menjadi salah satu produsen nikel rafinasi terbesar di Indonesia,” lanjut Juan dan Abraham.