Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Jatuh Terimbas Data Inflasi AS dan Kejatuhan Silicon Valley Bank

Harga minyak jatuh lebih dari 4 persen ke level terendah 3 bulan pada perdagangan Selasa (14/3/2023) imbas laporan inflasi AS dan kejatuhan Silicon Valley Bank.
 Anjungan minyak/Bloomberg
Anjungan minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak jatuh lebih dari empat persen ke level terendah tiga bulan pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah laporan inflasi AS dan kegagalan bank AS baru-baru ini memicu kekhawatiran krisis keuangan baru yang dapat mengurangi permintaan minyak di masa depan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei ambles 3,32 dolar AS atau 4,1 persen, menjadi ditutup pada 77,45 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April terpangkas 3,47 dolar AS atau 4,6 persen, menjadi menetap pada 71,33 dolar AS per barel.

Itu adalah penutupan terendah untuk kedua harga acuan sejak 9 Desember dan persentase penurunan satu hari terbesar sejak awal Januari. Selain itu, kedua kontrak secara teknis jatuh ke wilayah oversold untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu.

Gelombang kejut dari keruntuhan Silicon Valley Bank memicu pergerakan besar dalam saham-saham bank karena investor mencemaskan kesehatan keuangan beberapa pemberi pinjaman, terlepas dari jaminan dari Presiden AS Joe Biden dan pembuat kebijakan global lainnya.

"Pasar mengantisipasi resesi di masa depan atau bisa jadi satu atau lebih dana harus mengumpulkan uang tunai dan mengurangi risiko pembukuan mereka, karena mereka khawatir tentang likuiditas setelah kegagalan bank," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group, sebagaimana dikutip Antara. Dia belum pernah mendengar ada dana yang bermasalah.

Harga-harga konsumen AS meningkat dengan solid pada Februari karena orang Amerika menghadapi biaya sewa dan makanan yang terus-menerus lebih tinggi, menimbulkan dilema bagi Federal Reserve AS yang perjuangannya melawan inflasi telah diperumit oleh runtuhnya dua bank regional.

"Harga minyak mentah jatuh setelah sebagian besar laporan inflasi menyegel kesepakatan untuk setidaknya satu kali kenaikan suku bunga Fed," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Data menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,4 persen pada Februari dari 0,5 persen pada Januari. Sedikit perlambatan dalam pertumbuhan harga-harga konsumen mendorong investor untuk menilai kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Fed pada Maret.

The Fed sekarang diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya hanya dengan seperempat persentase poin minggu depan, turun dari perkiraan sebelumnya 50 basis poin, dan memberikan kenaikan lain dengan ukuran yang sama pada Mei. Pertemuan dua hari The Fed berikutnya dimulai Selasa depan (21/3/2023).

"Pekerjaan pengetatan The Fed belum selesai dan peluang meningkat bahwa mereka akan mengirim ekonomi ke dalam resesi ringan, dan risiko tetap bahwa itu bisa menjadi parah," kata Moya dari OANDA.

Bank sentral AS menggunakan suku bunga yang lebih tinggi untuk mengekang inflasi. Tetapi suku bunga yang lebih tinggi itu meningkatkan biaya pinjaman konsumen, yang dapat memperlambat ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Penurunan harga minyak mentah Selasa (14/3/2023) juga terjadi menjelang data AS yang diperkirakan menunjukkan perusahaan-perusagaan energi menambahkan sekitar 1,2 juta barel minyak ke stok minyak mentah selama pekan yang berakhir 10 Maret.

American Petroleum Institute (API), sebuah grup industri, akan mempublikasikan data persediaannya pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat dan Badan Informasi Energi AS pada Rabu pada pukul 10.30 waktu setempat.

Membatasi penurunan harga minyak mentah - setidaknya pada hari sebelumnya - adalah laporan bulanan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memproyeksikan permintaan minyak yang lebih tinggi di China, importir minyak terbesar dunia, pada 2023.

Konsumen China, terlepas dari pembatasan COVID-19, kembali ke hotel, restoran, dan beberapa toko, tetapi mereka pilih-pilih tentang apa yang mereka beli, mengecewakan harapan untuk berbelanja secara royal segera setelah pandemi.

Namun, OPEC mempertahankan perkiraannya untuk permintaan minyak dunia meningkat sebesar 2,32 juta barel per hari, atau 2,3 persen, pada tahun 2023. Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) akan menerbitkan laporan bulanannya pada Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper