Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka kembali melemah ke level Rp15.477,5 pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (10/3/2023).
Sementara itu, mata uang Asia lainnya terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,29 persen atau naik 45 poin ke Rp15.477,5 per dolar AS dan memimpin pelemahan mata uang di Asia. Hal tersebut terjadi di tengah melemahnya indeks dolar AS sebesar 0,15 persen ke 105,15.
Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga melemah. Won Korea Selatan menyusul rupiah melemah 0,24 persen, baht Thailand melemah 0,13 persen, dan dolar Singapura melemah 0,06 persen.
Sementara itu, yen Jepang justru menguat 0,12 persen, peso Filipina juga menguat 0,12 persen, rupee India menguat 0,09 persen dan yuan China menguat 0,03 persen.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan untuk perdagangan hari ini mata uang rupiah dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah direntang Rp15.410–Rp15.500 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan dolar AS cenderung stabil pada hari, tetapi turun dari level tertinggi dalam tiga bulan yang dicapai sebelumnya pada Rabu (8/3/2023) setelah komentar terbaru Ketua Federal Reserve Jerome Powell.
Baca Juga
Powell menegaskan kembali pesannya tentang kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat, tetapi menekankan bahwa perdebatan masih berlangsung, dengan keputusan bergantung pada data yang akan dikeluarkan sebelum pertemuan kebijakan bank sentral AS dalam dua minggu.
Dolar melonjak setelah Powell mengatakan bahwa The Fed kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan sebagai tanggapan atas data ekonomu yang kuat dan siap untuk bergerak dalam langkah yang lebih besar jika "totalitas" informasi yang masuk menyarankan tindakan yang lebih keras untuk mengendalikan inflasi.
"Ini mendorong para pedagang untuk mengubah harga ekspektasi suku bunga mereka. Pedagang berjangka dana Fed sekarang melihat kemungkinan 70 persen dari kenaikan 50 basis poin pada pertemuan Fed 21–22 Maret, naik dari sekitar 22 persen sebelum Powell berbicara pada hari Selasa. Angka tersebut sekarang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 5,69 persen pada bulan September," kata Ibrahim dalam risetnya.
Dia mengatakan investor akan mengarahkan fokus pada data pekerjaan Februari yang akan dirilis pada Jumat pekan ini untuk memberi konfirmasi bahwa pertumbuhan pekerjaan yang kuat terus mendukung kenaikan suku bunga yang lebih besar.