Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan nilai tukar rupiah dan terkendalinya tingkat inflasi akan jadi kunci utama agar investor melihat kembali pasar obligasi di Indonesia. Diketahui, saat ini, imbal hasil surat utang negara (SUN) acuan tenor 10 tahun kembali mendekati 7 persen.
Menurut Chief Investment Officer of PT UOB Asset Management Indonesia Albert Budiman pasar surat utang Indonesia sudah mempunyai tingkat imbal hasil yang menarik saat ini.
"Menguatnya nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi yang stabil akan menjadi kunci utama dari para investor untuk melihat pasar surat hutang Indonesia kedepannya," kata Albert kepada Bisnis, Kamis (9/3/2023).
Meski demikian, Albert menyebut kondisi inflasi di global terutama di Amerika Serikat akan menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat.
Menurut Albert, keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga akan bergantung dari keberhasilan mereka untuk mengontrol tingkat inflasi.
Sentimen negatif dari pihak The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih agresif akan menjadi hal yang perlu diwaspadai investor saat ini.
Baca Juga
"Bilamana data dari inflasi masih cukup tinggi, maka hal ini menjadi hal yang dapat menyebabkan suku bunga diseluruh dunia akan terimbas naik. Walaupun secara kondisi domestic kita masih sangat baik, sentiment negative dari global akan memiliki dampak ke suku bunga di Indonesia walaupun mungkin tidak sebesar negara berkembang lainnya," katanya.
Senada, Director & Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife AM Ezra Nazula mengatakan pasar akan mengantisipasi data-data ekonomi AS seperti inflasi dan Fed Meeting.
Selain itu, Respon Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) berikutnya juga akan menjadi momen yang ditunggu pelaku pasar.
"Jika data-data ekonomi AS terlihat mulai melemah dan statement Fed juga tidak se hawkish sebelumnya dan BI dapat menjaga nilai tukar Rupiah maka dapat memberikan ruang untuk investor masuk kembali ke pasar obligasi Indonesia," katanya.
Research and Consulting Infovesta Utama Nicodemus Anggi mengatakan jika kebijakan moneter The Fed ataupun BI akan hawkish maka bisa terus mendorong penurunan kinerja pasar.
"Sebaliknya jika bank sentral menunjukkan tanda mulai dovish maka bisa menjadi momentum penguatan. Pasar perlu mencermati hal ini," katanya.