Bisnis.com, JAKARTA - Analis memprediksi kinerja reksa dana pendapatan tetap menghadapi tekanan pada Maret 2023, seiring dengan sentimen Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang diproyeksikan mengetatkan kebijakan moneter.
Investment Analyst dari Infovesta Capital Advisory, Fajar Dwi Alfian mengatakan proyeksi The Fed yang diprediksi makin agresif menaikan suku bunga acuan akan memberikan tekanan terhadap jenis reksa dana berbasis surat utang ini.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, dana kelolaan reksa dana pendapatan tetap masih tumbuh positif 1,35 persen secara tahunan per Februari 2023. Tercatat dana kelolaan reksa dana jenis ini mencapai Rp141,93 triliun.
"Bulan ini, diproyeksi akan ada tekanan di pendapatan tetap, karena ternyata The Fed diproyeksi masih akan agresif dalam menaikkan suku bunganya hingga akhir 2023 ini," kata Fajar kepada Bisnis, Rabu (8/3/2023).
Kendati demikian, ungkap Fajar, hingga akhir 2023 dana kelolaan reksa dana pendapatan tetap masih akan mencatatkan pertumbuhan.
"Namun demikian dalam full year 2023, reksa dana pendapatan tetap masih berpotensi melanjutkan pertumbuhan," katanya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Fajar mengungkapkan, investor dapat berstrategi mengalokasikan asetnya sesuai dengan profil risiko.
Dia pun menyarankan investor dapat menambah porsi reksa dana pendapatan tetap, seiring dengan potensi pertumbuhan pada reksa dana berbasis obligasi pada 2023.
"Untuk reksa dana jenis saham, investor bisa mengoleksi reksa dana yang mengoleksi emiten-emiten berfundamental baik, serta memiliki prospek yang positif di tahun ini seperti sektor konsumer," katanya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dari total kelolaan reksa dana Rp509,37 triliun per Februari 2023, sebanyak 27,86 persen atau Rp141,93 triliun adalah reksa dana pendapatan tetap.