Bisnis.com,JAKARTA- PT Arwana Citramulia Tbk (Arwana Ceramics) meraih pencapaian yang gemilang sepanjang 2022. Emiten berkode ARNA ini membagi dividen dengan total Rp403,77 miliar.
Hal itu terungkap dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) tahun buku 2022. Penyelenggaraan tersebut menandai akhir tahun buku yang memuaskan dari segi hasil usaha.
Salah satu hasil rapat ialah para pemegang saham emiten produsen keramik PT Arwana Citramulia Tbk. menyetujui usulan pembagian dividen tunai sebesar Rp55 per saham.
Dengan total saham sebanyak 7,34 miliar, maka total dividen yang akan dibayar mencapai Rp403,77 miliar. Angka tersebut merefleksikan payout ratio sebesar 70 persen dari laba bersih sepanjang 2022.
Selain pembagian dividen, RUPST juga menyepakati pengangkatan kembali seluruh komisaris dan direksi, dengan tambahan penunjukan satu orang direktur independen baru.
Pada tahun buku 2022, ARNA membukukan penjualan bersih sebesar Rp2,58 triliun atau meningkat 1,24 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp2,55 triliun.
Baca Juga
Peningkatan ini diiringi dengan kenaikan laba bersih sebesar 22,36 persen YoY dari Rp470,90 miliar menjadi Rp576,21 miliar pada 2022.
Hasil laba bersih ini dapat dicapai ARNA karena margin laba yang meningkat dari 18 persen pada 2021 menjadi 22 persen pada 2022.
Untuk memperkuat pertumbuhan ke depannya, ARNA telah menyelesaikan pembangunan pabrik baru Plant 5C yang berada di Mojokerto, Jawa Timur.
Bertepatan dengan HUT ke-30 perusahaan pada tanggal 22 Februari 2023, kiln pabrik tersebut resmi dinyalakan. Manajemen perusahaan menargetkan pabrik tersebut akan mulai berproduksi pada kuartal kedua 2023.
Untuk di Ogan Ilir, Sumatera Selatan, ARNA resmi mengawali pembangunan Plant 4C dengan proses groundbreaking dilakukan oleh Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru, pada 7 Maret 2023.
Kedua pabrik baru tersebut akan memproduksi produk ARNA Granite yang diharapkan makin memperkuat profitabilitas ke depannya. Plant 5C berkapasitas produksi 4,4 juta m2 per tahun, sementara Plant 4C memiliki kapasitas produksi 4 juta m2 per tahun.
Dengan capaian manis pada 2022, ARNA optimistis menatap 2023. menargetkan laba bersih pada 2023 bisa mencapai Rp631,58 miliar, naik 9,6 persen dibandingkan dengan realisasi pada 2022 sebesar Rp576,21 miliar.
Chief of Financial Officer Arwana Citramulia Rudy Sujanto mengatakan target kenaikan laba bersih tersebut bakal didorong dengan potensi kenaikan volume penjualan dan rata-rata harga jual (average selling price/ASP).
Penjualan ARNA dari segmen produk dengan harga premium berpotensi naik seiring dengan operasional plant 5C.
“Kami proyeksikan penjualan dari existing lines di 66,6 juta meter persegi, tetapi kami hitung tambahan 3,5 juta meter persegi dari plant 5C sehingga penjualan pada 2023 menjadi 70,14 juta atau naik sekitar 5,3 persen,” katanya.
ASP diperkirakan naik 7,4 persen secara tahunan, dari Rp38.831 menjadi Rp41.691 pada 2023 karena perubahan struktur kontribusi produk berdasarkan segmen.
Plant 5C diperkirakan akan menambah penjualan sebesar 5 persen, sehingga penjualan bersih pada 2023 diestimasi naik hingga 13 persen dari Rp2,58 triliun pada 2022 menjadi Rp2,92 triliun pada 2023.
Seiring dengan kenaikan penjualan, Rudy mengatakan biaya pokok juga akan mengalami kenaikan di tengah risiko depresiasi rupiah yang berlanjut.
ARNA mengestimasi biaya pokok penjualan bakal naik 13,6 persen YoY dari Rp1,53 triliun menjadi Rp1,74 triliun pada 2023.
Angka ini ditetapkan dengan asumsi nilai tukar rupiah pada 2023 bakal berkisar Rp15.500—Rp15.600 Dia mengatakan beban berpotensi naik hingga 18,2 persen menjadi Rp367,47 miliar pada 2023 dari Rp310,87 miliar.
“Dengan demikian bottom line kami perkirakan akan mencapai Rp631,58 miliar pada 2023. Sementara itu, margin laba bersih akan menjadi 21,6 persen pada tahun ini, dari 22,3 persen pada 2022,” kata dia.
Rudy mengatakan laba bersih ARNA pada 2023 berpotensi menembus Rp675 miliar atau naik hingga 17 persen secara tahunan. Potensi itu berasal dari peluang kenaikan volume penjualan sebesar 6,5 juta meter persegi jika permintaan pasar menguat.
“Pertumbuhan 10 persen ini bukan harga mati. Penjualan kita bisa saja naik ke 74 juta sampai 74,5 juta. Ini sangat bisa terjadi, kalau pasarnya menguat. Dengan demikian, net income kalau penjualan naik menjadi 74 juta akan mendekati Rp675 miliar atau naik sekitar 17 persen,” katanya.