Bisnis.com, JAKARTA - PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP) mencatatkan adanya penurunan laba 19,43 persen menjadi Rp105,01 sepanjang 2022. Padahal pendapatan ADCP berhasil naik 5,14 persen menjadi Rp592,68 miliar.
Corporate Secretary ADCP Bayu Purwana mengatakan capaian laba Rp105,01 miliar tersebut dinilai masih konsisten bagi perseroan. Sementara recurring bisnis atau pendapatan berulang menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan ADCP.
Dia menyebut porsi pendapatan berulang ADCP meningkat dari 11,8 persen menjadi 16,8 persen dari total pendapatan sepanjang 2022. Kontribusi paling besar berasal dari pengelolaan atas Hotel GranDhika yang terletak di Jakarta, Semarang, dan Medan.
“Pendapatan tersebut tumbuh 5,1 persen secara YoY dibandingkan dengan pendapatan pada 2021 sebesar Rp563,7 Miliar. Dari sisi bottom line, ADCP secara konsisten mencetak laba bersih sebesar Rp105,0 Miliar,” ujar Bayu dalam keterangan tertulis dikutip Minggu (5/3/2023).
Adapun dia menyebut ADCP optimistis mencetak kinerja yang lebih positif seiring LRT Jabodetabek yang akan segera beroperasi pada 2023. Momentum ini diharapkan dapat mendorong penjualan ADCP khususnya untuk hunian berkonsep Transit Oriented Development (TOD).
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, ADCP mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp592,68 miliar sepanjang 2022. Angka ini meningkat 5,14 persen dari Rp563,68 miliar pada 2021.
Baca Juga
Pendapatan ADCP terdiri dari segmen properti, operasi bersama, hotel, dan sewa. Secara rinci, pendapatan segmen properti meningkat 5,9 persen menjadi Rp436,03 miliar, operasi bersama menurun 33,3 persen menjadi Rp56,73 miliar, segmen hotel meningkat 49,11 persen menjadi Rp99,76 miliar, dan segmen sewa sebesar Rp155,07 juta.
Selanjutnya, beban pokok pendapatan ADCP meningkat dari Rp416,88 miliar menjadi Rp439,45 miliar sepanjang 2022. Adapun laba kotor ADCP meningkat 4,37 persen menjadi Rp153,22 miliar.
Setelah dikurangi berbagai beban yang dapat diefisienkan, ADCP mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp105,01 miliar. Nilai tersebut menurun 19,43 persen dari Rp130,36 miliar pada 2021.
Sementara itu, jumlah aset ADCP meningkat 5,41 persen dari Rp5,97 triliun di akhir 2021 menjadi Rp6,32 triliun pada akhir 2022. Di sisi lain, jumlah liabilitas turun 0,39 persen dari Rp3,87 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi Rp3,86 triliun pada 31 Desember 2022.
Kemudian untuk kas dan setara kas pada akhir tahun terjadi penurunan 55,6 persen dari Rp60,53 miliar menjadi Rp26,86 miliar.
Sebagai informasi, Direktur Utama ADCP Rizkan Firman mengatakan pihaknya menargetkan pertumbuhan pendapatan 45 persen sampai 50 persen pada 2023. Sementara untuk laba ADCP menargetkan naik 40 persen sampai 50 persen di 2023.
“ADCP optimistis dengan outlook kinerja ADCP kedepan, terutama dengan momentum operasional LRT secara komersial tahun ini akan menjadi katalis positif bagi peningkatan penjualan,” ujar Rizkan kepada Bisnis, Selasa (7/2/2023).
Menurutnya, operasional LRT secara komersial akan meningkatkan penjualan ADCP lantaran konsumen akan mendapat kemudahan dengan memiliki tempat tinggal di kawasan terintegrasi stasiun LRT. Adapun Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan LRT akan beroperasi antara Juni 2023 atau Juli 2023 bersamaan dengan KCIC.
Mengenai optimisme tersebut, Rizkan berkaca dari realisasi transaksi penjualan ADCP yang hampir menembus 2.000 unit sepanjang 2022. Beberapa pengembangan ADCP yang ludes terjual adalah Tower Accordion LRT CITY Jatibening, LRT CITY Tebet, Tower Sapphire Cisauk Point- Member of LRT CITY, dan Cluster Bhumi Anvaya ADHI CITY Sentul.