Bisnis.com, JAKARTA - Dalam beberapa waktu mendatang, aset kripto khususnya Bitcoin (BTC) diproyeksi masih akan mengalami sideways, bahkan penurunan harga di rentang US$21.000–US$25.000.
Mengutip coinmarketcap.com, Rabu (1/3/2023), pukul 14.25 WIB, harga Bitcoin (BTC) melemah 1,28 persen dalam sepekan terakhir, tetap mulai menguat 1,48 persen dalam 24 jam terakhir ke level US$23.736. Sementara itu, Ethereum (ETH) menguat 0,74 persen dalam 7 hari terakhir dan menguat 1,59 persen dalam 24 jam.
Adapun, coin-coin yang tengah menanjak signifikan dalam sepekan terakhir di antaranya Stacks (STX), SingularityNET (AGIX), NEM (XEM), hingga FLOKI yang menguat 52,62 persen, 32,09 persen, 25,44 persen, dan 21,43 persen.
Chief Marketing Officer Pintu Timothius Martin mengungkapkan faktor sideways harga aset kripo BTC dipengaruhi oleh berbagai kemungkinan, seperti perlambatan ekonomi yang akan terjadi secara hard landing, indikasi The Federal Reserve (Fed) suku bunga akan dinaikan lebih tinggi untuk mengatasi inflasi.
Berdasarkan dari risalah Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir, The Fed mengindikasikan bahwa mungkin saja tingkat suku bunga lebih akan dinaikan lebih tinggi dari rencana semula.
Hal tersebut merupakan langkah untuk melawan tingginya inflasi seiring dengan kuatnya data ekonomi Amerika Serikat. Bahkan pada rapat terakhir, The Fed memutuskan untuk mengerek suku bunga sebesar 25 bps, yang sebenarnya jauh lebih rendah dari sebelumnya yang bisa 50 atau 75 bps.
Baca Juga
“Mengumpulkan berbagai data pendukung untuk melakukan analisis dapat menentukan arah strategi investasi ke depan. Seperti data makroekonomi meliputi suku bunga dan adanya ancaman perlambatan ekonomi tentu akan memengaruhi secara langsung pergerakan harga aset kripto,” jelasnya dalam keterangan, Rabu (1/3/2023).
Saat ini aset kripto BTC belum memperlihatkan pergerakan yang signifikan sejak bearish death cross pada pekan lalu. Untuk pertama kalinya, moving average (MA) 50 melintasi di bawah MA 200 pada grafik mingguan.
Hal ini sebenarnya bisa mengkhawatirkan karena BTC tidak pernah mengalami ini sebelumnya. Kendati begitu, sebagian ahli berpendapat bahwa death cross yang bergantung pada MA historis dan penurunan mungkin saja sudah terjadi sebelum persimpangan keduanya.
Dalam sepekan terakhir, kita melihat BTC bergerak sideways sesuai dengan ekspektasi dan tertarik kembali dari bagian paling atas bollinger band mingguannya.
Patut diperhatikan juga bagaimana BTC kembali ditolak oleh garis resistensi penting di MA 200 minggu. BTC diekspektasikan akan sideways kembali di rentang US$21.000 - US$25.000.
“Penurunan harga saat ini merupakan bagian dari siklus market kripto. Yang pasti, pemanfaatan teknologi blockchain tidak hanya terbatas pada Bitcoin saja, namun cakupannya sangat luas," tambahnya.
Sama halnya seperti kehadiran komputer pada tahun 80-an, adopsi komputer masih menjadi perdebatan namun penggunanya terus naik setiap tahunnya.
Hal tersebut disebabkan manusia akhirnya dapat bertukar informasi melalui komputer, saling terkoneksi, berkomunikasi, bertukar pendapat, dan juga borderless. Justru posisi kripto dan blockchain saat ini mirip seperti awal kemunculan komputer dan internet. Pertumbuhannya masih awal dan akan tumbuh sangat besar.