Bisnis.com, JAKARTA — Indeks-indeks utama Wall Street turun tajam pada akhir perdagangan Jumat (24/2/2023) waktu setempat, dan mencatat kerugian mingguan terbesar mereka tahun ini, karena investor bersiap untuk kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve AS menyusul rilis data belanja konsumen AS yang lebih panas dari perkiraan.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 336,99 poin atau 1,02 persen ke 32.816,92 poin. Indeks S&P 500 merosot 42,28 poin atau 1,05 persen, menjadi berakhir di 3.970,04. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 195,46 poin atau 1,69 persen, menjadi ditutup di 11.394,94 .
Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor real estat, teknologi, dan konsumer non-primer mengalami penurunan terbesar. Sektor jasa komunikasi turun 1,4 persen mencatat kerugian keenam berturut-turut, penurunan terburuk sejak penurunan enam sesi serupa pada Agustus.
Untuk indeks saham-saham unggulan Dow Jones Industrial Average, penurunan 3,0 persen adalah penurunan mingguan terbesar sejak September. Itu juga merupakan penurunan mingguan keempat berturut-turut Dow, penurunan beruntun terpanjang selama hampir 10 bulan.
Indeks S&P 500 dan Komposit Nasdaq juga mencatat penurunan mingguan masing-masing 2,7 persen dan 3,3 persen.
Setelah Januari yang kuat, pasar saham telah mundur bulan ini karena banyaknya data ekonomi yang memperkuat kekhawatiran bahwa bank sentral AS mungkin harus mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.
Baca Juga
Data pada Jumat (24/2/2023) menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), pengukur inflasi pilihan Fed, melonjak 0,6 persen bulan lalu setelah naik hanya 0,2 persen pada Desember. Pengeluaran konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, melonjak 1,8 persen bulan lalu, melebihi perkiraan kenaikan 1,3 persen.
Jason Pride, kepala investasi kekayaan pribadi di Glenmede, mengatakan siklus pasar sebelumnya telah menyaksikan reaksi tertunda serupa oleh pasar terhadap kenaikan suku bunga dan rilis data, yang membantu menjelaskan pola perdagangan yang fluktuatif karena investor perlahan menyesuaikan diri.
"Pasar ini belum menyadari kemungkinan resesi yang kami pikir adalah kenyataan," katanya sebagaimana dikutip Antara, mencatat kenaikan suku bunga di masa lalu biasanya memakan waktu antara enam hingga 18 bulan sebelum efeknya sepenuhnya masuk ke dalam perekonomian.
"Kami tidak berpikir (resesi) sudah pasti, tetapi ada kemungkinan yang lebih tinggi daripada yang ditanamkan pasar dalam proses pemikirannya," paparnya.
Pedagang berjangka yang terikat dengan suku bunga kebijakan Fed menambah taruhan setidaknya tiga kenaikan suku bunga lagi tahun ini, dengan suku bunga puncak diperkirakan di kisaran 5,25-5,5 persen pada Juni.
Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester mengatakan Fed harus menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang dibutuhkan jika perlu untuk mengendalikan inflasi sepenuhnya.
Saham-saham berkapitalisasi besar termasuk Tesla Inc, Amazon.com Inc dan Nvidia Corp turun antara 1,6 persen dan 2,6 persen karena imbal hasil obligasi pemerintah meningkat.
Imbal hasi surat utang pemerintah dua tahun, yang sangat sensitif terhadap kebijakan Fed, naik menjadi 4,826 persen - tertinggi dalam hampir empat bulan.
Boeing Co turun 4,8 persen setelah Badan Penerbangan Federal (FAA) mengatakan pembuat pesawat itu untuk sementara menghentikan pengiriman jet 787 Dreamliner miliknya.
Sementara itu, Range Resources Corp melonjak 11,9 persen, kenaikan terbesar dalam sembilan bulan, setelah Bloomberg News melaporkan bahwa Pioneer Natural Resources sedang dalam pembicaraan untuk membelinya. Saham Pioneer turun 4,1 persen karena laporan tersebut.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 10,31 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,53 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.