Bisnis.com, JAKARTA - Indeks utama Wall Street ditutup beragam menyusul risalah pertemuan The Fed yang menegaskan kembali sikap keras terhadap inflasi pada Kamis (23/2/2023).
Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 84,5 poin atau 0,26 persen, menjadi 33.045,09. Indeks S&P 500 merosot 6,29 poin atau 0,16 persen, berakhir di 3.991,05. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 14,77 poin atau 0,13 persen, ditutup di 11.507,07 poin.
Sebagian besar dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan real estat berkinerja paling buruk karena masing-masing turun 0,8 persen dan 1,0 persen.
Indeks energi bernasib sama karena harga komoditas berada di bawah tekanan dari kekhawatiran investor atas pertumbuhan ekonomi di masa depan dan permintaan bahan bakar.
Risalah dari pertemuan The Fed mengatakan bahwa "hampir semua" pejabat Fed setuju untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi seperempat poin persentase.
Ada juga dukungan yang kuat untuk keyakinan bahwa risiko inflasi yang tinggi tetap menjadi "faktor kunci" yang akan membentuk kebijakan moneter dan kenaikan suku bunga lebih lanjut akan diperlukan sampai inflasi terkendali.
Baca Juga
Pesan seperti itu membawa sedikit kejutan versus apa yang telah dikomunikasikan oleh Fed dan gubernurnya dalam beberapa pekan terakhir, dan saham secara luas stabil setelah rilis risalah, setelah perdagangan berombak sebelum publikasi mereka.
Namun, pelemahan umum pada jam terakhir perdagangan mendorong S&P 500 dan Dow Jones Industrial kembali ke zona merah. Komposit Nasdaq berhasil kembali ke wilayah positif meskipun di saat-saat terakhir, memastikan kerugian tiga sesi beruntunnya terhenti.
"Jelas bahwa Fed bertekad untuk melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga, dan mereka akan melakukannya bahkan saat risiko resesi meningkat," kata Ed Moya, analis pasar senior di OANDA dikutip dari Antara.
Terlepas dari penurunan yang dialami oleh S&P dan Dow, penurunan tersebut tidak setajam sehari sebelumnya, yang merupakan kinerja harian terburuk yang dicatat oleh pasar pada 2023.
Menyusul kekalahan pasar pada 2022, tiga indeks utama mencatat kenaikan bulanan pada Januari karena investor berharap The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga dan mungkin berubah arah sekitar akhir tahun.
Namun, saham-saham mengalami volatilitas pada Februari, karena para pedagang memperkirakan suku bunga yang lebih tinggi lebih lama, dengan asumsi bahwa inflasi tetap lebih tinggi dalam ekonomi yang kokoh.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 10,58 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,61 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.