Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melaju dengan gemilang pada awal 2023, dan para analis asing bertaruh rupiah akan mengakhiri tahun ini dengan dengan kenaikan terbesar dalam lebih dari satu dekade.
Melansir Bloomberg, Senin (13/2/2023, rupiah telah naik sekitar 3 persen tahun ini, berkinerja terbaik di Asia menjadi Rp15.134 per dolar pada akhir pekan lalu.
Menurut para ahli strategi di Maybank dan Jefferies LLC, rupiah dapat naik menjadi Rp14.200 pada akhir tahun karena investor asing meningkatkan kepemilikan utang lokal yang menawarkan salah satu imbal hasil tertinggi di Asia. Kondisi tersebut akan memperpanjang reli rupiah tahun ini menjadi sekitar 9 persen, kenaikan tahunan terbesar sejak 2009.
Laju rupiah akan dipengaruh harga komoditas dan bank sentral yang pragmatis. Ahli strategi mata uang Jefferies yang berbasis di New York Brad Bechtel memperkirakan rupiah akan diperdagangkan di level Rp14.250 per dolar AS dalam enam hingga dua belas bulan.
"Kita mungkin memiliki koreksi dolar AS yang lebih tinggi dalam waktu dekat, tapi itu akan menjadi peluang jual yang bagus untuk dolar-rupiah, terutama jika kembali ke area Rp15.300,” jelasnya.
Rupiah memberikan carry return terbaik di Asia tahun ini ketika didanai melalui dolar, euro, dan yen Jepang, menurut data yang dikumpulkan Bloomberg. Carry trade harus dilanjutkan mengingat obligasi mata uang lokal Indonesia akan disukai, kata Galvin Chia, ahli strategi di Natwest Markets di Singapura.
Baca Juga
“Ini memiliki korelasi yang lebih rendah terhadap dolar AS daripada beberapa rekannya seperti won, dolar Singapura, dan baht,” katanya.
Investor asing kembali ke pasar obligasi Indonesia akhir tahun lalu setelah menghindari negara tersebut hampir sepanjang tahun 2022, dan ada ruang untuk pembelian obligasi lebih banyak. Sementara dana luar negeri mencatatkan pembelian rekor US$3,3 miliar bulan lalu, utang Indonesia tetap berada di bawah bobot, memegang hanya 15 persen dari total penerbitan yang belum diselesaikan, jauh di bawah tingkat prapandemi.
Obligasi tenor 10 tahun Indonesia yang menawarkan salah satu imbal hasil tertinggi di kawasan Asia merupakan daya tarik lain bagi investor luar negeri. Surat utang tersebut menawarkan imbal hasil sekitar 1,3 persen di tengah meredanya tekanan harga.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi akan terus mereda dan kembali ke target 2 persen-4 persen pada paruh kedua tahun ini, dan telah mengisyaratkan berakhirnya pengetatan moneter.
Surplus perdagangan Indonesia dinilai termasuk yang tertinggi di Asia, dibantu oleh ekspor komoditas yang melonjak termasuk minyak sawit dan nikel. Meskipun diperkirakan akan mereda tahun ini, pemerintah memprediksi akan surplus US$38,5 miliar tahun ini, atau masih lebih tinggi dari tahun 2021, dan dapat mendukung rupiah.
Ahli Strategi Maybank Alan Lau menilai rupiah telah menguat karena investor asing berbondong-bondong kembali ke pasar obligasi untuk mengurangi hampir setengah dari kerugiannya selama dua tahun terakhir. Seiring dengan melemahnya dolar, aliran masuk obligasi yang berkelanjutan akan memperpanjang reli.