Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Bervariasi, Nasdaq Jatuh Terimbas Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Indeks saham Wall Street ditutup bervariasi, adapun indeks Nasdaq turun 0,61 persen terimbas imbal hasil obligasi AS yang meningkat ke level tertinggi sebulan.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham Wall Street ditutup bervariasi pada akhir perdagangan Jumat (10/2/2023) waktu setempat, dengan Nasdaq jatuh karena saham-saham pertumbuhan megacap berada di bawah tekanan setelah imbal hasil obligasi pemerintah menunjuk ke tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan saham perusahaan transportasi online Lyft anjlok menyusul perkiraan laba yang suram.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 169,39 poin atau 0,50 persen ke 33.869,27. Indeks S&P 500 menguat 8,96 poin atau 0,22 persen, menjadi berakhir 4.090,46. Indeks Komposit Nasdaq merosot 71,46 poin atau 0,61 persen, menjadi ditutup pada 11.718,12.

Sebagian besar saham dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih tinggi. Sektor energi melonjak 3,92 persen karena harga minyak naik setelah Rusia berencana untuk memangkas pasokan minyak mentah, sementara sektor konsumen turun 1,22 persen.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah 10-tahun naik ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan setelah lelang obligasi 30-tahun pada Kamis (9/2/2023) yang melihat lemahnya permintaan.

"Investor bertanya-tanya apa yang dikatakan pasar obligasi kepada kita bahwa indikator ekonomi tidak memberi tahu kita," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, sebagaimana dikutip Antara (11/2/2023).

"Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi akan berdampak lebih buruk pada perusahaan-perusahaan teknologi dengan pertumbuhan lebih tinggi," lanjutnya.

Tetapi reli di saham energi karena harga minyak naik menyusul rencana Rusia untuk memotong pasokan minyak mentahnya membantu mendorong Dow dan S&P 500.

Nasdaq membukukan penurunan mingguan pertama tahun ini, jatuh 2,41 persen, sementara S&P 500 mengakhiri minggu 1,11 persen lebih rendah dan Dow Jones kehilangan 0,17 persen, dalam seminggu yang didominasi oleh komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve AS dan laporan laba dari lebih dari setengah konstituen S&P 500.

Itu terjadi setelah kinerja saham yang luar biasa pada Januari. Namun bulan ini, data pekerjaan yang kuat dan komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell memicu kekhawatiran tentang seberapa besar suku bunga yang lebih tinggi mungkin perlu dinaikkan.

"Apa yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir adalah bahwa setiap hari ada gubernur Fed yang berbicara hawkish," kata Kevin Rendino, kepala eksekutif manajer aset 180 Degree Capital.

Indeks Pertumbuhan Russell 1000 yang menampung banyak saham-saham pertumbuhan berkapitalisasi besar turun 0,33 persen.

Lyft Inc anjlok 36,44 persen karena menurunkan harga, meningkatkan kekhawatiran akan tertinggal dari saingannya yang lebih besar, Uber Technologies Inc. Saham Uber juga turun 4,43 persen.

Lebih dari separuh perusahaan yang terdaftar di S&P 500 telah melaporkan laba, dengan 69 persen mengalahkan estimasi laba untuk kuartal tersebut, menurut data Refinitiv.

Sentimen konsumen AS meningkat lebih lanjut pada Februari secara bulan-ke-bulan, tetapi rumah tangga memperkirakan inflasi yang lebih tinggi akan bertahan selama 12 bulan ke depan, pembacaan awal Februari oleh Universitas Michigan menunjukkan.

Setelah ekuitas AS terguncang selama seminggu oleh data pekerjaan yang kuat, investor menunggu data inflasi konsumen Januari minggu depan untuk kejelasan tentang jalur kenaikan suku bunga Fed.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 10,43 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,85 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper