Bisnis.com, JAKARTA - Dana kelolaan industri reksa dana berpotensi tumbuh tipis pada Februari 2023, mengikuti kinerja bulan sebelumnya.
Co Founder dan CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan hal ini ditopang oleh faktor pasar global yang perlahan pulih dan pasar domestik yang berangsur naik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai salah satu underlying berangsur merangkak naik ke level di atas 6.800, meski sempat menyentuh 6.500 pada Januari lalu.
"Kondisi perekonomian dan pasar modal di Indonesia termasuk cukup resilient. Walaupun secara short term mungkin kondisi pasar masih cukup volatile dan bisa sideways," kata Guntur kepada Bisnis, Senin (6/2/2023).
Guntur mengatakan kinerja reksa dana berbasis surat utang atau reksa dana pendapatan tetap juga bakal menopang pertumbuhan instrumen investasi ini pada Februari 2023.
Katalis positifnya lantaran kondisi global makro, terutama terkait inflasi yang lebih terjaga dan sinyal The Fed terkait kenaikan tingkat suku bunga mulai melandai.
Baca Juga
Aliran modal asing atau capital inflow yang mulai masuk Kembali ke Indonesia sejak akhir Desember kemarin turut menjadi katalis positif bagi reksa dana berbasis surat utang.
"Dengan potensi berlanjutnya foreign capital inflow, ekspektasi imbal hasil dari SBN secara jangka panjang lebih atraktif, walaupun masih secara kinerja masih bisa koreksi dan volatile, tetapi potensi upside jauh lebih besar dari faktor downside risk," katanya.
Lebih lanjut, Guntur menjelaskan pertumbuhan tipis dana kelolaan reksa dana pada Januari 2023 yang sebesar 0,9 persen, disebabkan oleh volatilitas pasar yang terjadi selama bulan Januari 2023.
Menurut dia, banyak investor yang mulai masuk ke pasar saham via reksadana juga pada saat IHSG sempat menyentuh di level 6.500an pada pertengahan Januari.
"Dan dari sisi underlying obligasi sebagai benchmark 10 years Indo government bond juga yield sempat volatile dari level 7 persen turun ke level 6.6 persen-an dan menyebabkan kinerja obligasi meningkat," katanya.