Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Diproyeksi Bertumbuh Seiring Turunnya Tekanan Inflasi

Reksa dana dinilai masih menarik dan akan bertumbuh di bulan Februari 2023 ini karena adanya ekspektasi menurunnya tekanan inflasi.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja Indeks reksa dana pasar uang return (imbal hasil) dan dana kelolaan reksa dana masih berpotensi bertumbuh pada Februari 2022. Hal ini seiring adanya ekspektasi turunnya tekanan inflasi.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan selain adanya ekspektasi turunnya tekanan inflasi, kenaikan suku bunga dari beberapa bank sentral negara lain diperkirakan akan menyentuh puncaknya dalam waktu dekat.

“Menurut saya masih ada potensi tumbuh, seiring dengan ekspektasi penurunan tekanan inflasi dan peak suku bunga bank sentral tampaknya akan segera terjadi,” ujar Handy kepada Bisnis, Senin (6/2/2023).

Sementara Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi mengatakan saat ini produk reksa dana masih mengalami pertumbuhan tipis dibawah 1 persen. Hal ini disebabkan karena ada banyak investor yang keluar dan masuk.

Kemudian dari sisi imbal hasil, ia mengatakan obligasi cenderung stabil dan positif pada Januari 2023. Sementara untuk saham sempat tertekan lalu meningkat pada akhir Januari 2023.

Eri juga menyebut perpindahan dana ke Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) kemungkinan masih akan naik pada tahun ini. Namun, ia menyebut peningkatan tidak sebanyak tahun lalu.

“Hal ini memang sulit untuk dipastikan angkanya,” ujar Eri kepada Bisnis, Senin (6/2/2023).

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan pertumbuhan indeks reksa dana berbasis utang tumbuh berkat outlook market yang memprediksi kenaikan suku bunga akan mencapai puncak dan menurun di 2023. Selain itu, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kenaikan harga obligasi dan kenaikan Asset Under Management (AUM) pada reksa dana pendapatan tetap.

Rudiyanto menyebut tidak semua dana unit link akan berpindah ke KPD. Hal ini karena secara aturan masih dapat diteruskan.

“Hanya saja fresh fund dari unit link kemungkinan besar hanya akan ke KPD saja sehingga menghambat pertumbuhan,” ujar Rudiyanto kepada Bisnis, Senin (6/2/2023).

Rudiyanto menyebut kinerja imbal hasil balik dan dana kelolaan dari reksa dana masih menarik di 2023. Salah satunya adalah data ekonomi domestik yang menunjukkan beberapa bank besar menunjukkan pertumbuhan ditengah kenaikan suku bunga.

Selain itu, neraca dagang Indonesia masih surplus per Desember 2022. Kemudian tingkat inflasi juga mulai melandai dengan tingkat mencapai 5,28 persen per Januari 2023.

Adapun isu resesi global juga mulai mereda seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian global. Faktor ekonomi global tersebut adalah turunnya tingkat inflasi Amerika Serikat yang diikuti dengan turunnya tingkat pengangguran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper