Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dunia berpotensi terus melemah akibat aksi profit taking pada pekan lalu diperkirakan masih bakal terus berlanjut.
Ibrahim Assuaibi Direktur Laba Forexindo Berjangka mengatakan harga emas jatuh hampir 3 persen pada hari Jumat setelah aksi ambil untung pada reli jangka panjang logam mulia menempatkannya jauh dari target US$2.000 per ons.
Selain itu, harga emas jatuh setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pertumbuhan NFP, atau non-farm payrolls, untuk bulan Januari yang hampir tiga kali lipat di atas perkiraan. Hal itu memberikan tantangan baru bagi The Fed untuk pendinginan inflasi sesuai targetnya. Sekitar 517.000 pekerjaan ditambahkan bulan lalu dibandingkan perkiraan 188.000 dan terhadap 223.000 pada bulan Desember.
Pada hari ini, Ibrahim memperkirakan harga emas dunia akan diperdagangkan melemah pada rentang US$1.815 per troy ons hingga US$1.888 per troy ons.
Sebelum Januari, The Fed melihat konsolidasi pasar tenaga kerja karena penciptaan lapangan kerja bulanan naik dari 263.000 menjadi 223.000 selama rentang empat bulan antara Agustus dan Desember.
Seolah-olah merasakan tantangan yang lebih berat untuk tahun ini, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada konferensi pers pada hari Rabu bahwa sementara laju perolehan pekerjaan melambat akhir tahun lalu. Hal itu disampaikannya setelah mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin untuk Februari, kenaikan suku bunga terkecil bank sentral dalam setahun.
Baca Juga
The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 450 basis poin dalam siklus pengetatan moneter yang dimulai pada Maret 2022, dua tahun setelah wabah virus corona, yang menyebabkan pengeluaran bantuan triliunan dolar yang memompa ekonomi dan memicu inflasi yang tak terkendali.
Rupiah melemah 1,08 persen atau 161,50 poin ke Rp15.055 per dolar AS pada 14.05 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,17 persen atau 0,18 poin ke 103,09.