Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham dan Pegerakan IHSG Hari Ini, Usai Pertemuan The Fed

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan cenderung bergerak bercampur atau mixed pada perdagangan hari ini setelah The Fed naikkan suku bunga.
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan cenderung bergerak bercampur atau mixed pada perdagangan hari ini setelah The Fed mengumumkan untuk menaikkan tingkat suku bunga 25 bps.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan sentimen yang cenderung bercampur dari eksternal diperkirakan akan membayangi pergerakan IHSG di Kamis (2/2/2023). Resistance IHSG diperkirakan berada pada 6.900, dengan support di 6.760.

"Secara teknikal, Stochastic RSI cenderung melanjutkan penurunannya dari overbought area. IHSG diperkirakan terkonsolidasi di atas MA50 di 6830 di Kamis," ujar Valdy dalam risetnya, Kamis (2/2/2023).

Setelah peningkatan suku bunga The Fed ini, Nasdaq tercatat menguat 2 persen, S&P 500 menguat 1 persen, sementara DJIA berakhir flat dengan 0,2 persen. Penguatan tersebut terjadi di tengah keputusan The Fed untuk menaikan sukubunga acuan sebesar 25 bps, sesuai dengan ekspektasi pasar.

Hal yang menggairahkan pasar lainnya bagi pelaku pasar, kata Valdy, adalah pernyataan Kepala The Fed Jerome Powell yang menilai dininflationary telah dimulai di AS setelah angka inflasi di AS menurun dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, ekonom menilai bahwa belum ada sinyal The Fed akan melakukan pemangkasan sukubunga acuan di 2023.

Sementara itu, perlambatan kenaikan The Fed Rate di Februari 2023 menurut Valdy tidak mampu menopang harga komoditas energi, terutama minyak yang justru melemah signifikan setelah data cadangan minyak AS menunjukan kenaikan. Kondisi terakhir menelan ekspektasi pemulihan global demand, termasuk dari Tiongkok.

Dari dalam negeri inflasi melambat lebih dalam dari perkiraan ke 5,28 persen yoy di Januari 2023 dari 5,51 persen yoy di Desember 2022. Sejalan dengan hal ini, nilai tukar Rupiah bertahan di bawah Rp15.000 per dolar AS hingga Rabu (1/2/2023) sore.

Dengan demikian, Phintraco Sekuritas masih mempertahankan fokus pada saham-saham defensif, seperti MAPI, AKRA, ICBP, CPIN dan potensi buy on support di PGAS, INKP, INDF dan UNVR. Menurut Phintraco Sekuritas, pelaku pasar juga dapat memperhatikan peluang bullish continuation pada ANTM dan MDKA.


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper