Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,34 persen ke level 6.862,25 pada perdagangan Rabu (1/2/2023) menjelang pengumuman suku bunga The Fed. Saham BBRI dan GOTO memimpin kenaikan dari jajaran emiten kapitalisasi terbesar.
Berdasarkan data RTI pukul 15.01 WIB, IHSG menguat 22,91 poin dan sempat mencapai level tertinggi 6.893,18 sepanjang sesi perdagangan. Adapun level terendah IHSG hari ini berada di 6.849,70.
Kapitalisasi pasar naik ke Rp9.484,7 triliun dibandingkan dengan kemarin di Rp9.425 triliun dengan 283 saham menguat, 220 saham berakhir di zona merah, dan 220 saham stagnan.
Kenaikan IHSG terutama disebabkan oleh menguatnya sektor transportasi sebesar 1,86 persen, kemudian disusul indeks sektor konsumer cyclical yang naik 1,27 persen, dan sektor konsumer non-cyclical naik 1,17 persen.
Emiten pendatang baru PT Wijaya Cahaya Timber Tbk. (FWCT) menjadi saham yang memimpin daftar top gainers dengan kenaikan menyentuh auto reject atas (ARA) 34,75 persen ke level Rp159. Kemudian posisinya disusul oleh PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA).
Di jajaran top 10 saham-saham berkapitalisasi besar, saham BBRI memimpin kenaikan dengan penguatan sebesar 2,18 persen ke level Rp4.680. Kemudian saham GOTO naik 0,89 persen dan TLKM menguat 0,52 persen.
Baca Juga
Sebelumnya Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan IHSG menguji pivot 6.830 pada perdagangan kemarin. Bersamaan dengan pergerakan tersebut, Stochastic RSI bergerak turun dari overbought area dan terbentuk penyempitan positive slope pada MACD.
Valdy menuturkan resistance IHSG ada pada 6.880, dengan support di 6.760.
“Oleh sebab itu, meski terdapat sentimen positif dari indeks-indeks global, namun IHSG masih rawan koreksi atau bergerak konsolidatif hari ini,” kata Valdy, Rabu (1/2/2023).
Secara global, kata dia sentimen untuk IHSG cenderung bercampur setelah IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global di 2,9 persen secara tahunan di 2023, naik 0,2 persen dari proyeksi di Oktober 2022. Akan tetapi, angka tersebut melambat dibandingkan perkiraan pertumbuhan 3,4 persen yoy di 2022. IMF juga memperkirakan tren penurunan inflasi di tahun 2023 dibanding 2022 lalu.