Bisnis.com, JAKARTA – Tercatat lima emiten jadi penghuni baru konstituen IDX High Dividend 20. Kelimanya tercatat royal membagikan dividen jumbo sepanjang tahun 2022.
Berdasarkan pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (30/1/2023), emiten PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM), PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), dan PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR) masuk ke dalam indeks High Dividen 20.
Kelima emiten tersebut mendepak PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN), PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR), dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dari indeks ini.
Head of Reserach Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan rotasi pada konstituen indeks ini dilihat dari pembagian dividen serta kinerjanya yang bagus tahun lalu.
“Ya ada rotasi karena sektor perbankan dan batu bara khususnya, tahun lalu bagus kinerjanya. Apalagi BSSR yang sampai memberikan dividen empat kali dalam setahun,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (30/1/2023).
Pada 25 Januari 2022, BSSR membagikan dividen sebesar US$64 juta atau setara dengan Rp918,91 miliar. Selanjutnya, pada 24 Juni 2022 BSSR membagikan dividen dengan total nilai RP779,83 miliar. Kemudian, pada 30 September 2022 BSSR kembali membagikan dividen jumbo total senilai US$100 juta atau setara dengan Rp1,52 triliun, dan terakhir pada 30 Desember 2022 senilai Rp1,51 triliun.
Baca Juga
Pada April 2022 AMRT membagikan dividen total Rp779,83 miliar. Selain itu, BJBR membagikan dividen sebesar Rp1,04 triliun, selanjutnya BJTM membagikan dividen senilai Rp1,52 triliun. Adapun, BNGA membagikan dividen senilai Rp2,34 triliun. Selanjutnya, pada Juni 2022.
Sebelumnya, Samuel Sekuritas Indonesia juga memperkirakan tahun ini sektor perbankan memiliki prospek cerah, di tengah sentimen penguatan rupiah.
Macro Equity Strategist Lionel Priyadi mengatakan, penguatan rupiah kemarin ke bawah Rp15.000 disebabkan oleh inflow dana asing ke pasar obligasi.
“Di tengah kondisi ini, animo asing terhadap saham emiten Indonesia masih cenderung pada sektor defensif. Sehingga, sektor defensif seperti consumer staples dan big banks relatif lebih aman dari rotasi dana asing dari pasar saham ke obligasi,” ungkapnya.