Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke Rp14.937 per dolar AS setelah sempat menguat dan mencapai rekor tertingginya terhadap dolar AS sejak September 2022 pada penutupan kemarin.
Mengutip data Bloomberg, Rabu (25/1/2023) pukul 09.00 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,34 persen atau 50 poin ke Rp14.937,5 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi ketika indeks dolar melemah tipis 0,01 persen ke 101,66.
Bersama dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia juga terpantau melemah terhadap greenback. Hanya dolar Singapura yang menguat 0,08 persen dan ringgit Malaysia naik 0,27 persen.
Sementara itu, Yen Jepang melemah 0,05 persen, yuan China melemah 0,25 persen, won Korea Selatan melemah 0,23 persen, dan peso Filipina turun 0,38 persen.
Analis MIFX Faisyal mengatakan pelemahan dolar AS terjadi karena adanya ekspektasi akan lebih lambatnya laju kenaikan suku bunga AS.
“Pelaku pasar saat ini akan memantau laporan Produk Domestik Bruto AS yang akan dirilis pada Kamis sebelum pertemuan kebijakan Federal Reserve AS di tanggal 31 Januari—1 Februari nanti. Mereka memperkirakan 98 persen peluangnya bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga hanya 25 bps pada bulan depan,” jelasnya dalam riset harian, Selasa (24/1/2023).
Baca Juga
Sebelumnya Federal Reserve juga telah memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi 50 bps pada Desember lalu setelah kenaikan suku bunga sebesar 75 bps beruntun untuk empat pertemuan sebelumnya.
Selain itu, kekhawatiran pasar terhadap masalah utang AS yang telah mencapai batas atasnya, dan Kongres yang masih terbagi atas pengesahan tindakan untuk menaikkan batasan atas utang juga membawa tekanan pada dolar AS.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan baru-baru ini kepada Kongres bahwa ada potensi gagal bayar AS atas kewajiban utangnya yang dapat mendatangkan malapetaka di pasar keuangan global.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan di tengah ancaman resesi global, pemulihan ekonomi Indonesia justru mengalami kenaikan dan merata di seluruh sektor.
“Walaupun Produk Domestic Bruto (PDB) untuk 2022 baru akan dipublikasi di bulan Februari yang diperkirakan antara 5,2—5,3 persen. Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan hanya di 1,7 persen,” jelasnya.
Untuk membantu pemulihan ekonomi, Bank Indonesia (BI) juga terus memperkuat respons bauran kebijakan demi menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi. Bauran kebijakan yang dilakukan adalah memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI7DRR yang saat ini sudah mencapai 5,75 persen.
Kemudian, BI juga memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Untuk perdagangan hari, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.860—Rp15.940 per dolar AS.