Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka stagnan di posisi 6.874,93 pada perdagangan Selasa (24/1/2023) dan melaju di zona hijau sesaat setelahnya. Bersamaan dengan penguatan indeks, saham big caps sektor perbankan juga menguat.
Sampai pukul 09.03 WIB, IHSG menguat 0,19 persen ke posisi 6.888,17. Sebanyak 208 sama menghijau, 121 saham melemah, dan 243 saham di posisi yang sama dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Kapitalisasi pasar mencapai Rp9.506,52 triliun.
Mayoritas indeks sektoral mengawali pembukaan di zona hijau dengan kenaikan tertinggi pada sektor teknologi yang menguat 1,14 persen. Kemudian disusul sektor industri dasar 0,52 persen dan finansial naik 0,33 persen.
Sementara itu, mayoritas saham-saham penghuni top 10 big cap terpantau mengawali perdagangan di berbagai posisi. BBNI dan BBRI memimpin kenaikan dengan apresiasi sebesar 1,11 persen dan 0,65 persen. Saham BYAN dan TLKM juga menguat masing-masing 0,58 persen dan 0,52 persen.
Sementara itu saham big cap yang melemah di antaranya adalah ICBP dan ADRO masing-masing turun 0,71 persen dan 0,62 persen.
Tim riset Phintraco Sekuritas mengatakan secara teknikal penguatan IHSG dapat terjadi jika dapat breakout level 6.880. Penguatan IHSG tak lepas dari mayoritas indeks global yang bergerak positif pada perdagangan Senin (23/1/2023).
Baca Juga
“Secara teknikal, penguatan ini dapat terjadi, jika terdapat konfirmasi breakout di 6880. Sementara mayoritas indeks utama regional masih libur untuk merayakan Lunar New Year pada Selasa (24/1),” ujar Phintraco Sekuritas dalam riset, Selasa (24/1/2023).
Dari pasar global, Nasdaq menguat 2,01 persen dan memimpin penguatan indeks Wall Street pada Senin (23/1/2023). Saham manufaktur menjadi sektor yang menguat paling signifikan dengan adanya ekspektasi pulihnya permintaan seiring pelonggaran pembatasan Covid-19 di Cina.
Sentimen lainnya adalah pernyataan Gubernur the Fed Christopher Waller yang mendukung kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Waller menilai suku bunga acuan saat ini sudah cukup tinggi untuk menekan perekonomian AS.
Sentimen tersebut juga turut mendorong penguatan mayoritas indeks di Eropa. Pelaku pasar Eropa kembali menilai potensi outlook perekonomian di Eropa.
“Terlebih, inflasi di sejumlah negara Eropa, termasuk Euro Area juga cenderung turun di Desember 2022 dibanding bulan sebelumnya,” ujar tim riset Phintraco Sekuritas.
Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan dapat melanjutkan tren penguatan seiring adanya keyakinan bank sentral AS atau the Fed akan memperlambat kenaikan suku bunga pada 1 Februari 2023.
Adapun penguatan rupiah terhadap dolar AS juga didorong oleh penurunan yield obligasi dalam 2 bulan terakhir. Kemudian antisipasi Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) juga memperkuat potensi rebound lanjutan rupiah.
“Dengan demikian, kami perkirakan rebound lanjutan pada saham-saham bank, terutama BBCA, BBNI, BBRI dan BMRI masih dapat berlanjut di hari ini (24/1),” ujar tim riset Phintraco Sekuritas.