Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI Naik Lagi, Cari Dana via Rights Issue Kian Ramai?

Penerbitan rights issue berpotensi semarak di 2023 karena tingkat suku bunga yang masih tinggi.
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaksanaan penerbitan saham baru dengan skema rights issue atau penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue berpotensi semarak di 2023 karena tingkat suku bunga yang masih tinggi. Meski demikian, kondisi fundamental emiten bakal memengaruhi penyerapan oleh investor.

Bursa Efek Indonesia melaporkan bahwa sampai akhir 2022 terdapat 27 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline rights issue. Dana yang berpotensi dihimpun dari aksi tersebut mencapai Rp16,3 triliun.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis  mengatakan penambahan modal lewat rights issue menjadi alternatif pembiayaan bagi emiten karena tren kenaikan suku bunga yang berlanjut. Bank Indonesia sendiri kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen pada rapat Dewan Gubernur (RDG) 18—19 Januari 2023.

“Tren kenaikan suku bunga acuan yang masih berlanjut berpotensi meningkatkan biaya bunga yang harus dibayar. Sehingga, alternatif pendanaan melalui rights issue lebih menarik dibandingkan melakukan pinjaman ke bank,” kata Alrich, Kamis (19/1/2023).

Secara teori, Alrich mengatakan rights issue akan lebih menarik jika harga penebusan berada di bawah harga pasar. Dalam skenario ini, investor bisa lebih diuntungkan.

“Jika right issue jauh di atas harga pasar, biasanya investor publik tidak terlalu tertarik atau kemungkinan tidak akan menebus rights-nya, karena pastinya akan lebih menguntungkan jika membeli langsung dari pasar reguler dengan harga lebih murah daripada harga eksekusi rights issue. Sehingga untuk kondisi ini, HMETD akan di eksekusi oleh standby buyer,” katanya.

Selain harga pelaksanaan, Alrich mengatakan tujuan penggunaan dana hasil rights issue juga akan memengaruhi minat investor. Kinerja atau kondisi keuangan perusahaan terkait juga cukup menjadi daya tarik pemegang saham.

Hal senada disampaikan Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani. Dia mengatakan dana hasil penawaran saham yang digunakan untuk ekspansi atau modal kerja lebih prospektif alih-alih hanya untuk membayar kewajiban.

“Kalau fundamental perusahaannya kuat dan mereka melakukan rights issue untuk ekspansi bisnis mereka, investor akan lebih minat membeli rights perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan rights issue untuk membantu pembayaran utang,” kata Arjun.

Meski demikian, dia memberi catatan soal risiko resesi. Dalam hal ekonomi melambat, Arjun mengatakan investor cenderung beralih ke instrumen investasi lain. “Di tengah resesi permintaan untuk saham akan turun maupun saham rights issue,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper