Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara Gru Sinarmas, PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) menyampaikan tengah melihat peluang untuk menambah ekspor batu bara pada 2023. Meskipun Australia bakal membuka lagi peluang ekspor batu bararanya.
Sekretaris Perusahaan GEMS Sudin Sudiman menuturkan target produksi GEMS di 2023 adalah sekitar 40,4 juta ton, dengan penjualan sekitar 41,4 juta ton. Sementara itu, komposisi penjualan untuk ekspor dan domestik adalah 65 berbanding 35.
"Mengenai pasar ekspor, memang benar selama ini GEMS lebih banyak ekspor ke China daripada ke India," kata Sudin kepada Bisnis, Rabu (11/1/2023).
Sebagaimana diketahui, China saat ini berencana membuka kembali impor batu bara dari Australia setelah dilarang selama 2 tahun. Semetara itu, pemerintah India dikabarkan bakal menggenjot pasokan untuk stok cadangan batu bara nasionalnya, dengan mengimpor sebagian batu bara yang mereka konsumsi.
Sudin menuturkan dengan situasi tersebut, dia berharap tidak akan banyak perubahan terhadap komposisi ekspor GEMS pada 2023.
"Maksudnya jika pasar China berkurang tapi pasar India bertambah, maka dampaknya akan sama saja," ujarnya.
Baca Juga
Menurutnya, GEMS selalu memiliki rencana untuk menambah ekspor batu baranya. Akan tetapi, kata dia, GEMS akan mencermati lebih lanjut atas perkembagan pasar baik di China dan India, yang menjadi pasar utama GEMS.
Sebagai informasi, GEMS mencatatkan penjualan ekspor sebesar 38 persen ke China, dan 20 persen ke India hingga September 2022. Sementara itu, ekspor ke negara lain hanya 7 persen.
Ekspor GEMS ke India tercatat bertambah jika dibandingkan dengan year to date (YTD) September 2021 yang sebesar 16 persen, sementara ke China berkurang sedikit, yakni 39 persen.
Adapun berdasarkan nilainya, hingga akhir September 2022 GEMS menjual sebanyak US$438,8 juta batu bara ke China, dan sebanyak US$159,7 juta batu bara ke India.
Adapun GEMS memproyeksi harga batu bara pada 2023 masih akan stabil pada kuartal I/2023. Namun, lanjutnya, setelah kuartal I/2023 perlu dicermati kembali perkembangan geopolitik Eropa, terutama Rusia dan Ukraina.
"Selain itu perlu dicermati juga kembalinya Australia dalam pasar dunia terutama ke China," ucapnya.