Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) kembali menyentuh auto reject bawah (ARB) beruntun selama 6 hari perdagangan terakhir. Penurunan nilai saham ini menyebabkan longsornya kekayaan konglomerat media Chairul Tanjung.
Berdasarkan keterbukaan informasi GIAA, per Rabu (11/1/2022) Chairul Tanjung melalui PT Trans Airways memiliki 7.316.798.262 atau 7,31 miliar saham dengan persentase 7,99 persen.
Pada perdagangan Rabu, saham GIAA menyentuh Rp133. Artinya, pada hari ini nilai saham PT Trans Airways menjadi Rp973,13 miliar.
Adapun saat pembukaan suspensi pada 3 Januari 2023, saham GIAA sempat menyentuh Rp224. Artinya saat itu Trans Airways memiliki nilai saham GIAA sebesar Rp1,63 triliun.
Dengan demikian, nilai saham PT Trans Airways di GIAA pada hari ini, turun 40,62 persen atau sekitar Rp665,82 miliar jika dibandingkan dengan saat pembukaan suspensi GIAA pada 3 Januari 2023 lalu.
Adapun, manajemen Garuda Indonesia menyiapkan langkah usai sahamnya terjerembab ke Auto Reject Bawah (ARB) yang berjilid-jilid.
Baca Juga
Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra menyatakan pihaknya akan fokus terhadap rencana bisnis (business plan) perseroan. Irfan menyebut pihaknya akan fokus pada profitabilitas perusahaan.
“Memastikan sesuai dengan yang kita janjikan di PKPU dan fokus ke profitability,” kata Irfan saat dihubungi Bisnis, Selasa (10/1/2023) malam.
Meski masuk ARB pada 6 perdagangan terakhir, saham BUMN penerbangan itu sempat menyentuh Auto Reject Atas (ARA) pada Selasa (3/1/2023). Saat itu, saham perseroan naik hingga 9,8 persen dengan nilai saham menyentuh Rp224.
Namun, setelah mendapat apresiasi cukup baik di perdagangan pertamanya setelah lepas dari suspensi, Saham GIAA justru turbulensi dan kerap ARB.
Bursa Efek Indonesia (BEI) pun masih menyematkan notasi khusus pada saham GIAA yakni notasi E atau saham emiten dengan ekuitas negatif, dan notasi X yang berarti dalam pemantauan khusus.
Sejak suspensi saham GIAA yang belangsung 1,5 tahun dibuka oleh bursa, manajemen Garuda Indonesia sebenarnya cukup optimistis atas persepsi investor terhadap kinerja perseroan.