Bisnis.com, JAKARTA – Saham maskapai BUMN PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) kembali longsor 6,58 persen menyentuh auto reject bawah (ARB) pada perdagangan Selasa (10/1/2023).
Berdasarkan data Bloomberg, pada 10.54 WIB, saham GIAA parkir di level Rp142 atau turun 10 poin. Pelemahan hari ini menandakan ARB 5 hari beruntun pada saham GIAA. Saat ini, price to erning ratio (PER) GIAA berada di 0,17 kali dengan kapitalisasi pasar Rp12,99 triliun.
Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menyematkan notasi khusus pada saham GIAA yakni notasi E atau saham emiten dengan ekuitas negatif, dan notasi X yang berarti dalam pemantauan khusus.
Sejak suspensi saham GIAA yang belangsung 1,5 tahun dibuka oleh bursa pekan lalu atau 3 Januari 2022, manajemen Garuda Indonesia sebenarnya cukup optimistis atas persepsi investor terhadap kinerja perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pencabutan suspensi saham tersebut merupakan tindak lanjut dari dirampungkannya tahapan restrukturisasi kinerja Garuda pada akhir tahun 2022 lalu, terutama berkaitan dengan penerbitan instrumen restrukturisasi new sukuk.
“Dibukanya suspensi saham Garuda pada awal tahun kinerja 2023 ini menjadi outlook positif tersendiri atas langkah kami untuk terus mengakselerasikan penguatan fundamental kinerja GIAA," kata Irfan dalam keterangannya, Selasa (3/1/2023).
Baca Juga
Dia melanjutkan, dengan landasan kinerja usaha yang semakin solid yang turut didukung oleh struktur biaya yang semakin ramping dan adaptif setelah restrukturisasi, GIAA optimistis dapat memaksimalkan momentum kebangkitan kinerja usaha.
Kebangkitan kinerja usaha ini salah satunya akan diperkuat melalui peluang pertumbuhan penumpang yang menunjukan potensi yang menjanjikan pada 2023 ini. Hal tersebut khususnya dengan pencabutan status PPKM yang diumumkan pemerintah pada penutupan tahun lalu.
Irfan menjelaskan, Garuda memproyeksikan akan memaksimalkan sejumlah outlook rencana strategis korporasi, di antaranya melalui penambahan kapasitas alat produksi GIAA. Dia menyebut pada 2023 ini, GIAA menargetkan dapat mengoperasikan sedikitnya 66 armada, di luar armada yang dimiliki sebanyak 6 armada.
Secara terpisah, Kepala Riset Praus Capital Alfred Marolop Nainggolan melihat pada 2022, terjadi perbaikan yang signifikan terhadap fundamental kinerja Garuda Indonesia, khususnya restrukturisasi yang akan menurunkan porsi utang GIAA secara signifikan, dan mengurangi beban keuangan GIAA.
“Pasar melihat, pencabutan kebijakan PPKM oleh pemerintah di akhir tahun 2022 juga menjadi faktor positif yang signifikan bagi fundamental GIAA ke depan,” ujar Alfred kepada Bisnis, Selasa (3/1/2023).