Meski Tanpa Pendanaan Baru, GOTO Dekati EBITDA Positif

BRI Danareksa Sekuritas yakin pertahankan saham emiten GOTO dapat mengantarkannya ke gerbang profitabilitas.
Seremoni pencatatan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). GoTo meraih dana Rp15,8 triliun dari IPO dan penjualan saham treasury./Istimewa
Seremoni pencatatan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). GoTo meraih dana Rp15,8 triliun dari IPO dan penjualan saham treasury./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan target harga Rp 196/saham dengan mempertimbangkan beberapa hal.

Sekuritas ini meyakini bahwa kas perusahaan digital terbesar di Indonesia tersebut dapat mengantarkannya ke gerbang profitabilitas, yakni margin kontribusi positif di kuartal 3-2023 dan EBITDA positif di 2025, di tengah kekhawatiran akan cash runway GoTo.

Analis riset BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis mengungkapkan keyakinannya terhadap timeline tersebut bahkan jika pun GOTO tidak mendapatkan pendanaan baru. 

“Kami terus percaya bahwa GOTO dapat mencapai margin kontribusi positif di kuartal 3 2023 dan EBITDA dapat tercapai di tahun 2025 bahkan tanpa penambahan modal baru,” ujar Niko

Keyakinan tersebut berdasar pada keunikan ekosistem GOTO yang dapat menurunkan biaya promosi, pemasaran, dan iklan. 

Lebih lanjut, BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan kenaikan pendapatan GOTO tahun 2023 menjadi Rp 22,93 triliun dari 13,03 triliun di 2022 dan penurunan kerugian rugi EBITDA tahun 2023 menjadi Rp 16,47 triliun dari 25,77 triliun di 2022. 

Beberapa belakangan ini, GOTO telah melaksanakan beberapa upaya monetisasi, seperti perubahan skema biaya komisi untuk Official Store Tokopedia, peluncuran beberapa layanan premium Gojek di Singapura dan Indonesia, serta kepemimpinan konsisten GoPay yang menjadi pengerat ekosistem GOTO. 

“Kenaikan take-rate Tokopedia untuk Official Store dapat membantu meningkatkan take rate Tokopedia ke 4% di kuartal 2 2023. 

Di segmen on-demand, Gojek memanfaatkan momentum kebangkitan mobilitas setelah masa pandemi. Di Singapura, Gojek meningkatkan biaya komisi untuk mitra driver nya dari 10% menjadi 15% dan meluncurkan jenis GoCar Kids dan GoCar XL. Di Jakarta, GoCar juga menambah layanannya dengan kendaraan mewah dan yang lebih luas untuk merambah ke segmen pasar yang baru.

Di segmen layanan finansial, GoPay tetap menjadi katalis adopsi layanan lain di GoTo Financial, seperti GoBiz, GoModal, dan GoKasir. GoTo Financial berpeluang memanfaatkan digitalisasi UMKM yang yang diharapkan pemerintah dapat mencapai 30 juta di tahun 2030.

Berbagai faktor tersebut mendorong BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham GOTO dengan target harga Rp 196. Target harga tersebut telah mempertimbangkan penurunan minat investor global terhadap saham sektor teknologi dan penetrasi pasar digital di Indonesia yang masih sangat besar. 

Rekomendasi BRI Danareksa menyusul laporan riset Samuel Sekuritas minggu lalu yang mengubah rekomendasinya dari tahan menjadi beli untuk GOTO.

Berdasarkan data penutupan perdagangan Senin (9/1/2023) dari Bursa Efek Indonesia (BEI) saham GOTO berada di level Rp 93/saham, turun 2,11% dengan nilai transaksi Rp 179 miliar dan volume perdagangan 1,91 miliar saham.

Kapitalisasi pasar GOTO saat ini sudah mencapai Rp 110,15 triliun dengan tren laju saham sebulan terakhir naik 6,90% dan sepekan terakhir saham GOTO diborong asing di pasar reguler Rp 14,04 miliar.

BRI Danareksa memakai perhitungan saham GOTO di level Rp 95/saham yang mencerminkan rasio nilai enterprise value/pendapatan kotor (EV/gross revenue) sebesar 2,6-3 kali untuk full year 2023-2024.

“Kami memperkirakan total GTV tumbuh lebih lanjut di Q4-2022 menjadi Rp 6 triliun sesuai target, jika tidak lebih, maka akan dibantu faktor lain yakni siklus akhir tahun. Pertumbuhan [GTV] akan stabil di 2023 dan triwulanan naik 4%.”

Kabar baiknya, saat ini, saham teknologi mulai balik arah seiring dengan penantian data ekonomi AS yang membaik dan arah kebijakan bank sentral AS, The Fed. "Pada akhirnya, jika Fed mengendalikan inflasi, saham teknologi punya peluang menjadi pemimpin pasar, tapi Fed masih menyesuaikan kebijakan dalam 6-8 delapan bulan lagi," kata Chris Zaccarelli, Kepala Investasi di Independent Advisor Alliance, dikutip Investing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper