Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa sentimen positif seperti penurunan inflasi AS menjadi angin segar bagi investor di tengah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu yang terpantau sebesar 2,4 persen.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Rifqi Satria Dinandra mengatakan terdapat potensi dari beberapa saham yang tertopang sentimen angka PMI Manufaktur, inflasi dan nonfarm payroll AS.
Sentimen positif yang pertama ialah PMI Manufaktur Desember yang sudah rilis, di mana angka PMI mengalami kenaikan dari 50,3 menjadi 50,9. Kenaikan ini terjadi karena output produksi dan permintaan barang baku yang mengalami kenaikan.
"Permintaan barang baru ini tidak hanya domestik, tetapi juga dari importir luar negeri. Yang menjadi momok tahun lalu yakni inflasi kenaikan harga barang, kini sudah mulai berkurang tekanannya. Tekanan dari kenaikan harga barang sudah mulai mereda," katanya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Senin (9/1/2023).
Sementara itu terkait inflasi, lanjut Rifqi, pada Desember inflasi Indonesia mengalami kenaikan 5,51 persen year-on-year dan ini lebih tinggi dibandingkan konsensus.
"Inflasi lebih tinggi menjadi penekan market. Namun, hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan karena di akhir tahun kenaikan tingkat inflasi memang kerap terjadi. Adapun penyebab inflasi di akhir 2022 adalah harga komoditas bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tarif angkutan udara atau tarif transportasi," terangnya.
Baca Juga
Terkait nonfarm payroll AS, dijelaskannya bahwa pada Desember lalu terjadi penambahan 223.000 pekerja baru di AS atau lebih tinggi dibandingkan konsensus sebesar 200.000.
"Selanjutnya, kenaikan upah tumbuh lebih rendah hanya sebesar 0,3 persen dibandingkan konsensus yang sebesar 0,4 persen. Ini menjadi good news untuk market pekan ini," terangnya.
Ia pun menegaskan bahwa market pekan ini juga tertopang oleh salah satu konfirmasi dari daya beli masyarakat terkait inflasi di AS. Data terakhir menunjukkan inflasi inti AS untuk November 2022 tercatat pada level 6 persen sedangkan inflasi umum di level 7,1 persen
"Baik inflasi inti atau umum keduanya sudah dalam tren penurunan. Investor akan memperhatikan data inflasi bulan Desember untuk melihat efektivitas kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed untuk menurunkan inflasi," tegasnya.
Berdasarkan analis tersebut, Rifqi pun merekomendasikan buy untuk trading dalam sepekan ini sampai 13 Januari 2023 mendatang pada 6 saham berikut ini, yakni MDKA (Support 4.230, Resistance 4.440), INCO (Support 7.250, Resistance 7.525), INTP (Support 9.900, Resistance 10.250), SMGR (Support 6.925, Resistance 7.325, RALS (Support 625, Resistance 670) dan DSNG (Support 625, Resistance 675).