Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Melonjak, Pengangguran AS Turun ke Level Terendah

S&P 500 melonjak lebih dari 2 persen, menandakan kenaikan mingguan pertama dalam lima hari terakhir.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York mengalami hari terbaiknya dalam lebih dari sebulan pada penutupan perdagangan Jumat (6/1/2023) waktu setempat. Investor berspekulasi bahwa perlambatan pertumbuhan upah tenaga kerja AS akan membuat Federal Reserve melonggarkan agresivitas kenaikan suku bunganya.

Berdasarakan data Bloomberg, Sabtu (7/1/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melejit 2,13 persen atau 700,53 poin ke 33.630,61, S&P 500 melesat 2,28 persen atau 86,98 poin ke 3.895,08, dan Nasdaq menanjak 2,56 persen atau 264,05 poin ke 10.569,29.

Ketika bursa saham naik, dolar AS mengalami penurunan mingguan terpanjang dalam dua bulan karena pertumbuhan upah tenaga kerja yang mendingin tampak melebihi laporan pekerjaan yang solid. Kondisi ini memicu ekspektasi jika The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga.

Harga obligasi pemerintah AS menguat pada Jumat, dengan penurunan tajam dalam imbal hasil jangka pendek, di mana seri tenor dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan turun paling banyak minggu ini sejak November 2022.

Laporan pekerjaan Desember 2022 yang ditunggu-tunggu gagal memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan pasar tenaga kerja Amerika, karena datang sehari setelah dua rilis data pekerjaan mengisyaratkan berlanjutnya pengetatan The Fed.

Adapun level pengangguran turun ke level terendah dalam beberapa dekade. Para pelaku pasar terus merenungkan bagaimana kekuatan itu kontras dengan kenaikan upah per jam yang lebih lemah dan apa artinya bagi kebijakan The Fed ke depan. Sementara itu, rilis harga konsumen akan dilakukan pada minggu depan.

“Tingkat pengangguran terendah baru dalam 53 tahun adalah masalah nyata, menunjukkan bahwa The Fed tidak membuat kemajuan untuk menghilangkan tekanan pasar tenaga kerja pada tahun 2022," tulis Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial.

Namun demikian, lanjutnya, kombinasi dari revisi turun rata-rata upah tenaga kerja per jam November 2022 dan kenaikan Desember 2022 yang lebih rendah dari perkiraan membuat The Fed punya lebih banyak waktu.

Data terkini hanya memperumit tugas bank sentral dan menciptakan ketidakpastian bagi para pedagang. Esther George dari Federal Reserve Kansas City, memperingatkan bahwa para pejabat akan menghadapi jalan yang sulit di depan saat mereka berusaha untuk menyeimbangkan inflasi dan lapangan kerja.

Pejabat Fed lainnya juga terus bersikap hawkish, mengatakan bahwa sementara data ekonomi telah menggembirakan dan inflasi mereda, bank sentral masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper