Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Bersama dengan Peso dan Dolar Singapura

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Kamis (5/1/2023) di tengah pergerakan variatif mata uang Asia.
Foto gambar mata uang rupiah dengan nominal Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Foto gambar mata uang rupiah dengan nominal Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Kamis (5/1/2023) di tengah pergerakan variatif mata uang Asia lainnya setelah libur Tahun Baru.

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.03 WIB, nilai tukar rupiah dibuka melemah 12 poin atau turun 0,08 persen sehingga berada di posisi Rp15.594 per dolar AS. Sementara itu, Indeks dolar AS terpantau melemah 0,13 persen atau turun 0,13 poin ke posisi 103,89 pada pukul 09.00 WIB.

Mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak variatif. Yen Jepang terpantau menguat terhadap dolar AS dengan kenaikan 0,44 persen. Kemudian disusul yuan China menguat 0,22 persen.

Di sisi lain, pelemahan terdalam terjadi pada won peso Filipina sebesar 0,14 persen. Kemudian disusul oleh dolar Singapura yang melemah 0,10 persen.

Kemarin, rupiah ditutup naik 0,12 persen ke Rp15.582,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah pelemahan indeks dolar AS 0,35 persen ke 104,16.

Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menguat seperti yen Jepang mengalami penguatan dengan naik 0,65 persen, dolar Singapura 0,47 persen, serta dolar Taiwan naik 0,10 persen. Lalu rupee India menguat 0,09 persen, ringgit Malaysia naik 0,14 persen, dan baht Thailand menguat 0,98 persen.

Sementara itu, mata uang Asia yang melemah di antaranya dolar Hong Kong yang turun 0,06 persen, won Korea Selatan turun 0,07 persen, dan peso Filipina turun 0,20 persen.

Sebelumnya, Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi memperkirakan rupiah diperdagangkan pada rentang Rp15.550—Rp15.650 per dolar AS pada Rabu (4/1/2023). Menurutnya, indeks dolar AS sempat menguat pada perdagangan kemarin.

Kabar penggerak pasar menurutnya datang dari inflasi Jerman turun menjadi 8,6 persen di Desember 2022. Penurunan inflasi Jerman yang lebih baik dari ekspektasi pasar yakni konsensus 9,1 persen yoy, memicu aksi beli di pasar global. Pemerintah Jerman menargetkan inflasi 2023 turun ke 7 persen. Penurunan yang tajam pada bulan Desember mengindikasikan target tersebut sangat mungkin tercapai di akhir 2023.

Dari dalam negeri, defisit anggaran 2022 tercatat mencapai -2,38 persen terhadap PDB. Angka ini setara dengan minus Rp464,3 triliun, jauh lebih rendah dari tahun 2021 sebesar minus Rp775,1 triliun atau minus 4,57 persen terhadap PDB, dengan target tahun ini sebesar minus Rp840,2 triliun atau minus 4,5 persen terhadap PDB

Defisit anggaran yang rendah disebabkan oleh penerimaan pajak yang jauh melebihi target senilai Rp2.034,5 triliun. Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai Rp3.090,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper