Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah resmi mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Jumat (30/12/2022) yang lalu. Pencabutan itu, menjadi berkah tersendiri bagi emiten-emiten properti.
PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) menyebut dicabutnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) bakal mendongkrak pendapatan berulang atau recurring income.
Direktur PWON Ivy Wong mengatakan adanya pencabutan PPKM membuat jumlah pengunjung kian melonjak hingga menyamai angka pada masa sebelum pandemi. PWON juga sudah berhenti memberikan diskon rental terhadap para tenant pada segmen mal yang akan meningkatkan recurring income.
“Kami juga sudah henti memberikan rental discount kepada tenant. Jelas recurring income dari mall akan mulai naik untuk 2023,” ujar Ivy kepada Bisnis, Selasa (3/1/2023).
Selain segmen mal, Ivy menyebut segmen perhotelan juga kian pulih. Adapun rasio okupansi kian meningkat berkat dicabutnya PPKM.
Senada, Emiten pengelola Pondok Indah, PT Metropolitan Kentjana Tbk. (MKPI) mengatakan dicabutnya PPKM berdampak positif terhadap segmen pusat perbelanjaan atau mall seiring meningkatnya jumlah pengunjung.
Baca Juga
Wakil Direktur Utama MKPI Jeffri Tanudjaja menyebut, kendati pemerintah telah mencabut kebijakan PPKM, perseroan tidak berniat merevisi target perusahaan. Karena pada saat penyusunan target MKPI sudah memperkirakan kondisi pandemi Covid-19 akan semakin mereda.
“Kita tidak merubah target karena memang prediksi pada waktu membuat budget sudah diperkirakan kondisi pandemi Covid-19 akan jauh membaik,” ujar Jeffri kepada Bisnis, Selasa (3/1/2023).
Adapun untuk tahun 2023, MKPI memasang target pendapatan sebesar Rp2,27 triliun. Sementara dari sisi bottomline MKPI memasang target Rp840 miliar.
Segendang sepenarian, Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian meyebut sektor properti berpotensi mengalami kenaikan okupansi baik pada segmen pariwisata maupun pusat perbelanjaan. Dicabutnya PPKM selaras dengan adanya kenaikan mobilitas masyarakat.
“Secara keseluruhan, pemulihan aktivitas ekonomi turut mendorong peningkatan di sisi retail sales, salah satunya properti dan retail space,” ujar Rio kepada Bisnis, Selasa (3/1/2022).
Meski demikian, Rio mengatakan tingkat inflasi yang masih cenderung tinggi juga berpotensi meningkatkan suku bunga acuan di Indonesia. Terlebih lagi Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke 5,5 persen pada Desember 2022.
Adapun demi menjaga daya beli properti, BI telah memperpanjang pelonggaran rasio Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau pembiayaan properti maksimal 100 persen hingga 31 Desember 2023.
“Sehingga, suku bunga acuan yang tinggi menekan masyarakat untuk membeli properti karena tingkat bunga KPR yang tinggi,” ujar Rio.
Sentimen lainnya berasal dari Indeks Permintaan Properti Komersial yang mencatatkan pertumbuhan sejak pandemi. Pada 2020, indeks berada di 101,81, kemudian naik ke 102,84 di 2021, dan naik ke 103,51 di 2022.
Adapun kedua sentimen tersebut berpotensi meredam dampak negatif dari naiknya suku bunga acuan dengan potensi pemulihan pada pendapatan berulang atau recurring income. Hal ini juga berpotensi mendorong emiten properti untuk melakukan ekspansi usaha dan meningkatkan kinerja pendapatan.
Rio menyebut emiten properti yang memiliki kontribusi recurring income besar patut dicermati karena berpotensi meredam dampak negatif naiknya suku bunga.
“Saham properti yang dapat diperhatikan adalah PWON, BSDE dan CTRA memiliki tingkat recurring income yang cukup besar,” ujar Rio.
PWON mendapatkan rekomendasi buy on support dengan target 462; 480, Kemudian BSDE masih cenderung bergerak sideways dengan target 950; 1.005. CTRA berpotensi minor bullish reversal dengan target 970; 1.000.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei juga mengatakan pencabutan PPKM akan berdampak positif terhadap sektor properti khususnya yang memiliki segmen komersial seperti ruko dan pusat perbelanjaan. Jumlah tenant dapat terus bertumbuh seiring meningkatnya daya beli masyarakat.
Jono memproyeksikan kinerja properti kemungkinan akan cenderung sideways dibandingkan masa pandemi pada rentang 2021 hingga 2022. Hal ini karena pada masa pandemi terdapat berbagai kebijakan yang menguntungkan.
“Sentimen suku bunga dan inflasi memang menjadi penghambat sektor ini,” ujar Jono kepada Bisnis, Selasa (3/1/2023).
Jono merekomendasikan saham PWON dengan target harga 600 per saham. PWON dinilai memiliki neraca keuangan yang sehat dan luas area komersial terbesar di Indonesia.
Sementara Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan pencabutan PPKM sejatinya tidak terlalu berdampak signifikan. Hal ini lantaran PPKM level 1 sudah berlaku sejak lama dengan anggapan bahwa hampir tidak ada pembatasan.
“Aktivitas industri dan perekonomian, serta wisata juga sudah normal sehingga pencabutan PPKM sejatinya tidak terlalu berdampak signifikan,” ujar Arjun kepada Bisnis, Selasa (3/1/2023).
Arjun menilai sektor properti dan infrastruktur masih kurang kondusif karena pasar yang mengalami kenaikan suku bunga. Hal ini membuat biaya operasional emiten properti kian meningkat.
Arjun merekomendasikan saham PWON dengan target harga 464 per saham dan support di level 430.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.