Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah akan menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) perdana di tahun 2023 pada hari ini, Selasa (3/1/2023). Adapun pemerintah menyiapkan 7 seri yang akan di lelang, dengan target indikatif dari lelang tersebut ditetapkan senilai Rp23 triliun dan target maksimal senilai Rp34,5 triliun.
Hasil perolehan dana dari lelang tersebut adalah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2023.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pemerintah akan menawarkan tujuh seri yang terdiri dari SPN03230405 (new issuance), SPN12240104 (new issuance), FR0095 (reopening), FR0096 (reopening), FR0098 (reopening), FR0097 (reopening), dan FR0089 (reopening).
Adapun profil masing-masing seri yang akan dilelang sebagai berikut:
Surat Perbendaharaan Negara seri SPN03230405 (Diskonto; 5 April 2023);
Surat Perbendaharaan Negara seri SPN12240104 (Diskonto; 4 Januari 2024);
Baca Juga
Obligasi Negara Seri FR0095 (6,375%, 15 Agustus 2028);
Obligasi Negara Seri FR0096 (7%, 15 Februari 2033);
Obligasi Negara Seri FR0098 (7,125%; 15 Juni 2038);
Obligasi Negara Seri FR0097 (7,125; 15 Juni 2043); dan
Obligasi Negara Seri FR0089 (6,87500%; 15 Agustus 2051).
Penjualan SUN tersebut akan dilaksanakan dengan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Lelang bersifat terbuka (open auction), menggunakan metode harga beragam (multiple price).
Pemenang lelang yang mengajukan penawaran pembelian kompetitif (competitive bids) akan membayar sesuai dengan yield yang diajukan. Pemenang lelang yang mengajukan penawaran pembelian non-kompetitif (non-competitive bids) akan membayar sesuai dengan yield rata-rata tertimbang (weighted average yield) dari penawaran pembelian kompetitif yang dinyatakan menang.
Pemerintah memiliki hak untuk menjual ketujuh seri SUN tersebut lebih besar atau lebih kecil dari jumlah indikatif yang ditentukan. SUN yang akan dilelang mempunyai nominal per unit sebesar Rp1 juta.
Pada prinsipnya, semua pihak, baik investor individu maupun institusi, dapat menyampaikan penawaran pembelian (bids) dalam lelang. Namun dalam pelaksanaannya, penyampaian penawaran pembelian harus melalui Peserta Lelang sebagaimana diatur dalam PMK No. 168/PMK.08/2019 dan PMK No. 38/PMK.02/2020.
Sebelumnya, Direktur PT BNP Paribas Asset Management (BNP Paribas AM) Djumala Sutedja mengatakan kondisi pasar obligasi Indonesia secara agregat akan lebih baik pada tahun depan.
Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap menurunnya laju Inflasi dan kebijakan suku bunga di banyak negara sudah mencapai puncaknya. Namun, Djumala juga masih melihat beberapa tantangan terutama pada kuartal awal di tahun 2023 akibat ketidakpastian terkait puncak kenaikan suku bunga.
“Jika kenaikan suku bunga di AS yang semakin agresif berimbas ke resesi di negara tersebut, investor perlu mengantisipasi gejolak pasar, baik di pasar obligasi maupun rupiah,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Meski demikian, BNP Paribas AM memandang reaksi pasar obligasi Indonesia diperkirakan akan lebih ringan dibandingkan dengan siklus sebelumnya berkat dukungan kondisi eksternal fundamental yang relatif lebih baik.
Djumala memaparkan jika dibandingkan dengan tren kenaikan suku bunga global pada 2018 lalu, kondisi pasar obligasi Indonesia saat ini cenderung lebih baik. Tercatat, imbal hasil obligasi Indonesia pada 2018 lalu mencapai hampir 9 persen, sedangkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menembus level 10 persen.
“Sementara saat ini, rupiah tidak hanya berkinerja lebih baik dari negara-negara di Asia, tingkat volatilitas imbal hasil obligasi pun lebih kecil dibanding negara lain,” katanya.
Seiring dengan kondisi tersebut, BNP Paribas AM menyarankan investor untuk fokus pada obligasi yang mengantarkan return optimal atau income generation ketimbang durasi. Djumala merekomendasikan posisi taktis ini dilakukan dalam jangka pendek.
“Ketika outlook kebijakan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi global sudah menunjukkan tren yang lebih stabil, maka barulah investor dapat beralih ke strategi yang sifatnya mengarah pada pengambilan risiko durasi,” pungkasnya.