Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Harga Minyak Dunia Turun Terseret Kejatuhan Wall Street

Harga West Texas Intermediate turun di bawah US$79 per barel setelah ditutup pada level tertinggi tiga minggu awal pekan ini.
Farid Firdaus
Farid Firdaus - Bisnis.com 29 Desember 2022  |  06:23 WIB
Harga Minyak Dunia Turun Terseret Kejatuhan Wall Street
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat - Bloomberg/David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia turun karena lonjakan dolar AS dan pasar saham di Wall Street jatuh pada perdagangan Rabu (28/12/2022) waktu setempat.

Mengutip Bloomberg, Kamis (29/12/2022), harga West Texas Intermediate turun di bawah US$79 per barel setelah ditutup pada level tertinggi tiga minggu awal pekan ini. Kenaikan itu sempat didorong oleh tekad China untuk terus melonggarkan pembatasan meski infeksi Covid-19 di negara itu melonjak.

Volatilitas juga meningkat setelah Kremlin mengatakan minggu ini akan melarang ekspor minyak mentah Rusia dan produk olahan ke pembeli asing yang mematuhi batas harga.

“Prospek masih sangat tidak pasti untuk pasar minyak. Keberhasilan China dalam keluar dari kebijakan zero Covid bisa menjadi kunci pemulihan tetapi akan membutuhkan waktu untuk memahami implikasinya terhadap permintaan minyak,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda

Minyak mentah masih ditetapkan untuk kenaikan moderat pada 2022 setelah tahun yang bergejolak yang membuat harga melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina dan kemudian secara bertahap mundur karena kekhawatiran akan perlambatan global tumbuh.

Pelonggaran cepat China dari kebijakan zero Covid yang ketat dan gelombang kasus infeksi virus telah menghantam pasar yang rentan terhadap perubahan tajam karena kurangnya likuiditas.

Sementara itu, dolar AS telah melonjak 7 persen dan imbal hasil 10 tahun AS telah melonjak menjadi di atas 3,80 persen dari hanya 1,5 persen pada akhir 2021 karena Federal Reserve mengejar jalur kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengendalikan inflasi.

“Kami pikir investor menjadi terlalu pesimis mengingat pasar berada dalam siklus kenaikan suku bunga. Kami memperkirakan ekonomi akan melambat secara material atau memasuki resesi di beberapa titik pada 2023.” tulis Nancy Tengler, CEO dan Kepala Investasi Laffer Tengler Investments.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

harga minyak mentah wti harga minyak mentah Covid-19 china

Sumber : Bloomberg

Editor : Farid Firdaus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top