Bisnis.com, JAKARTA — Emiten konstruksi bangunan PT Superkrane Mitra Utama Tbk. (SKRN) telah mengantongi persetujuan para pemegang sahamnya untuk menggelar aksi pemecahan nilai nominal saham atau stock split.
Sebagaimana dijelaskan dalam risalah hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) SKRN pada 19 Desember 2022, pemecahan saham akan dilakukan pada saham jenis biasa (common stock) dengan rasio 1:5. Dengan demikian, nilai nominal saham bakal berubah dari Rp100 per saham menjadi Rp20 per saham untuk saham baru setelah stock split.
Adapun jumlah saham SKRN nantinya akan menjadi 7,5 miliar lembar dari sebelumnya 1,5 miliar lembar. Sampai penutupan perdagangan Senin (26/12/2022), saham SKRN ditutup turun 0,90 persen ke level Rp2.190 per saham. Meski demikian, mahar SKRN telah melesat 141,99 persen secara year to date (ytd).
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengemukakan aksi pemecahan nominal saham dilakukan emiten untuk meningkatkan likuiditas sahamnya. Saham yang dipecah juga bisa menjadi lebih terjangkau bagi investor.
Namun Arjun menekankan bahwa investor umumnya akan memutuskan untuk membeli saham stock split dengan mempertimbangkan fundamental yang solid. Pasalnya, investor akan tetap membidik pertumbuhan harga ke depannya.
“Terlepas dari stock split, menurut saya prospeknya SKRN cukup bagus. Mereka mencatat kenaikan signifikan laba bersih dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dan berdasarkan metric rasio lain di laporan keuangan mereka fundamental perusahaan ini terlihat sangat solid,” kata Arjun, Senin (26/12/2022).
Baca Juga
SKRN tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp449,48 miliar per September 2022, naik 74,21 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp258,0 miliar.
Dari sisi bottom line, SKRN memperoleh laba periode berjalan sebesar Rp87,64 miliar atau naik 1.400 persen secara year on year (yoy) dibandingkan dengan Januari—September 2021 yang hanya Rp5,83 miliar.
Selain dari sisi fundamental, Arjun juga menyoroti soal basis pelanggan SKRN yang banyak berasal dari perusahaan yang terlibat dengan proyek Ibu Kota Negara (IKN). Dia memperkirakan proyek tersebut bisa memberi dampak positif bagi SKRN.
“Namun investor yang ingin masuk saham tersebut perlu waspada terhadap PBV dan PER yang cukup overvalued dibandingkan dengan rata-rata industri dan industri subsektor barang perindustrian,” tambahnya.
Arjun mengatakan SKRN memiliki tingkat resistance yang cukup kuat di level harga Rp2.400. Dia mengatakan investor yang telah mengakumulasi saham SKRN bisa melakukan aksi tahan atau hold. Sementara itu, investor yang berencana masuk ke saham SKRN bisa memulai akumulasi karena adanya potensi kenaikan.
“Saya merekomendasi beli untuk SKRN dengan target harga Rp2.400 dengan harga support Rp2.180,” kata dia.