Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengukur Potensi Rights Issue BBTN, Catat Jadwalnya

PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) akan segera melakukan rights issue.
Direktur Utama BBTN BTN Haru Koesmahargyo./Humas BTN
Direktur Utama BBTN BTN Haru Koesmahargyo./Humas BTN

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) akan segera melakukan rights issue.

Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi menilai rights issue BBTN potensial karena dilakukan pada harga pelaksanaan Rp1.200. Bila dibandingkan dengan harga saham BBTN kemarin, (16/12/2022), yang ditutup pada harga Rp1.390, maka selisihnya mencapai Rp190 atau 13,67 persen lebih murah.

Menurutnya bila dibandingkan dengan nilai buku (book value) yang mencapai Rp2.039 maka ada potongan Rp839 atau 41,15 persen lebih rendah. Nilai buku adalah harga riil saham yang dihitung dari hasil pencatatan ekuitas atau modal.

Sebagai informasi dalam setahun terakhir saham BBTN tidak pernah menyentuh level di bawah Rp1.300. Saham emiten spesialis pembiayaan perumahan ini diperdagangkan pada kisaran Rp1.345 - Rp1.930 dalam setahun terakhir.

"Tanpa aksi korporasi sebenarnya valuasi BBTN sudah menarik untuk investasi medium dan jangka panjang. Tambah menarik lagi karena ada diskon dalam pelaksanaan rights issue,” ujar Tirta, dalam riset Minggu (18/12/2022). Tirta merekomendasikan beli saham BBTN dengan memberi target 12 bulan harga saham BBTN bisa menyentuh harga Rp2.300.

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip mengatakan rights issue ini penting untuk memperkuat permodalan, sekaligus untuk meningkatkan komposisi sumber dana murah BTN. Pasca rights issue CAR tier-1 BTN akan naik menjadi 19 persen sampai 20 persen dibandingkan posisi saat ini pada level 13 persen. “BTN membutuhkan CAR tier-1 sebesar 18-20% untuk menyeimbangkan bisnis KPR komersial," katanya.

Sunarsip juga menyoroti bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi BTN untuk melakukan rights issue. Hal ini didorong oleh sejumlah data yang menunjukan dana asing kembali masuk ke Indonesia. 

Dia pun meyakini bahwa sektor properti yang menjadi bisnis utama BTN, masih akan tumbuh positif di 2023. Hal ini ditopang oleh berbagai indikator makro ekonomi dan indeks bisnis serta manufaktur memperlihatkan kinerjanya yang cukup solid. ‘

“Jadi, tahun 2023 bisa menjadi momentum bagi BTN pasca right issue. Right issue akan meningkatkan permodalan BTN sekaligus memperkuat sumber pendanaan murahnya. Dengan kekuatan ini maka BTN memiliki peluang yang semakin besar untuk mengembangkan bisnis perumahan dan propertinya secara lebih agresif sekaligus memenuhi target pemerintah,” tutupnya.

BBTN akan menerbitkan 3,44 miliar saham baru seri B yang setara dengan 24,54 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga pelaksanaan (exercise) rights issue sebesar Rp1.200 sehingga total dana yang bisa diraih maksimal Rp4,13 triliun.

Manajemen telah menetapkan tanggal terbaru terkait aksi korporasi yang telah mendapatkan pernyataan efektif sejak 14 Desember 2022. Periode tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD atau cum-right di pasar reguler dan negosiasi ditetapkan pada 22 Desember, sementara pasar tunai pada 26 Desember 2022. 

Bagi pemegang 100 juta saham BBTN yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) Perseroan pada tanggal terakhir pencatatan (recording date) yakni 26 Desember 2022 berhak atas 32.525.443 HMETD.

Lalu misalkan seorang investor ritel memiliki 10.000 unit atau setara dengan 100 lot saham BBTN. Setelah recording date, investor tersebut akan mendapatkan 3.252 HMETD. Seluruh HMETD tersebut bisa ditukar seluruhnya menjadi saham baru BBTN dengan jumlah 3.252 unit. 

HMETD akan muncul di akun sekuritas dengan kode BBTN-R pada masa pelaksanaan dan perdagangan HMETD mulai dari 28 Desember 2022 - 5 Januari 2023. Setiap 1 HMETD bisa ditukar menjadi 1 saham baru BBTN dengan harga pelaksanaan Rp1.200 per saham. 

Pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham utama akan melaksanakan seluruh HMETD dengan jumlah 2,06 miliar. Pemerintah akan menyuntikan penambahan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp2,48 triliun. Penambahan PMN tersebut telah diteken oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Pemerintah 48/2022.

Sementara itu, PT CIMB Niaga Sekuritas (CIMBS) akan bertindak sebagai pembeli siaga dalam aksi korporasi ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper