Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Hasil SUN Indonesia Masih Bisa Turun ke Bawah 7 Persen

Melambatnya laju kenaikan inflasi dan berakhirnya tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi sentimen penopang SUN Indonesia.
Karyawati mengamati pergerakan harga saham di kantor PT Mandiri Sekuritas di Jakarta, Rabu (9/11/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati mengamati pergerakan harga saham di kantor PT Mandiri Sekuritas di Jakarta, Rabu (9/11/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) Indonesia masih memiliki celah penguatan hingga akhir tahun ini seiring dengan melambatnya laju inflasi dan kembalinya minat investor asing.

Data dari World Government Bonds pada Rabu (14/12/2022) mencatat, tingkat imbal hasil (yield) SUN Indonesia seri acuan 10 tahun berada di level 7,02 persen. Selama sepekan terakhir, yield SUN Indonesia tercatat melemah sebesar 1,2 basis poin. Sementara itu, dalam periode 1 bulan belakangan, imbal hasil SUN terpantau menguat 7,4 basis poin.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menjelaskan salah satu katalis penopang pasar SUN Indonesia adalah mulai melambatnya laju kenaikan inflasi yang akan meningkatkan daya tarik obligasi emerging market. Selain itu, Handy juga melihat siklus kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) telah memasuki fase akhir.

“Oleh karena itu, kami melihat imbal hasil serta SUN spread-nya dengan suku bunga BI masih memiliki ruang untuk melanjutkan penurunannya,” jelas Handy (14/12/2022).

Kondisi pasar SUN Indonesia juga ditopang oleh kelanjutan konsolidasi fiskal oleh pemerintah. Handy memaparkan kebijakan pemerintah untuk mengurangi pasokan SUN tahun depan akan menekan risiko dari berakhirnya program burden sharing antara Kementerian Keuangan dengan BI pada tahun yang sama.

Di sisi lain, pengurangan ini juga membuka strategi pembiayaan alternatif yang lebih fleksibel untuk pemerintah. Hal tersebut seiring dengan Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang masih cukup besar pada tahun ini serta asumsi konservatif pemerintah terkait program pinjaman dalam APBN 2023.

Sementara itu, tingkat permintaan dari dalam negeri juga diproyeksikan tetap tinggi. Menurut Handy likuiditas dari perbankan masih cukup melimpah dan imbal hasil riil (real yield) dari SUN Indonesia terbilang atraktif di pasar sekunder.

“Kami perkirakan yield SUN seri 10 tahun Indonesia akan berada di kisaran 6,9  persen – 7,1 persen hingga akhir tahun 2022,” pungkasnya.

Handy menambahkan obligasi pemerintah Indonesia juga kembali dilirik oleh investor asing. Hal tersebut tercermin dari aliran dana asing (capital inflow) yang masuk ke instrumen ini.

Berdasarkan data dari Mandiri Sekuritas, investor asing mencatatkan net buy SUN sebesar Rp19,3 triliun sepanjang Desember 2022 atau month-to-date. Catatan ini melanjutkan aksi beli investor asing sepanjang Oktober lalu yang mencapai Rp23,7 triliun.

“Sentimen ekspektasi pasar terhadap inflasi global, imbal hasil obligasi AS, dan indeks dolar AS yang telah mencapai puncak kenaikannya menjadi sentimen positif untuk obligasi emerging market,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper