Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cukai Rokok Naik 1 Januari 2023, Ini Rekomendasi Saham HMSP & GGRM

Kebijakan CHT untuk 2023 dan 2024 akan memberikan kepastian lebih pada pelaku usaha dalam menetapkan harga. Hal ini penting untuk kelanjutan laba HMSP dan GGRM.
Pekerja menunjukkan Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) Desa Megawon, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (9/6/2022). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Pekerja menunjukkan Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) Desa Megawon, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (9/6/2022). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA — Tarif baru cukai hasil tembakau (CHT) akan mulai berlaku per 1 Januari 2023. Pendapatan emiten rokok seperti PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) diperkirakan tetap tumbuh didorong oleh kenaikan volume penjualan dan kenaikan harga jual.

Kementerian Keuangan telah memastikan rata-rata kenaikan cukai pada 2023 dan 2024 sebesar 10 persen. Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto memperkirakan kebijakan tersebut akan diikuti dengan kenaikan harga jual pada produsen rokok tier 1.

“Kami memperkirakan selisih harga antara rokok tier 1 dan tier 2 tetap lebar di kisaran 39 persen sampai 40 persen. Karena itu, kami perkirakan aksi downtrading akan berlanjut,” kata Natalia dalam risetnya yang dikutip Rabu (14/3/2022).

Secara rata-rata, tarif CHT pada golongan sigaret kretek mesin (SKM) I dan SKM II meningkat antara 11,5 persen-11,75 persen, sigaret putih mesin (SPM) I dan II naik 11 persen sampai 12 persen, sedangkan golongan sigaret kretek tangan (SKT) I, II, dan III naik 5 persen.Selain itu, kenaikan tarif juga berlaku untuk rokok elektrik sebesar 15 persen dan produk hasil tembakau lainnya (HPTL) sebesar 6 persen.

“Kebijakan CHT untuk 2023 dan 2024 akan memberikan kepastian lebih pada pelaku usaha dalam menetapkan harga. Hal ini penting untuk kelanjutan laba,” kata Natalia.

Dia menyebutkan rata-rata pendapatan HMSP dan GGRM dalam tiga kuartal terakhir telah lebih tinggi daripada sebelum pandemi Covid-19. Kenaikan terutama disebabkan oleh kenaikan harga jual.

“Kami melihat HMSP berada di posisi yang lebih baik untuk mencapai pertumbuhan kinerja di 2023. Kenaikan ditopang oleh pertumbuhan volume dan portofolio yang beragam untuk mengantisipasi downtrading di konsumen,” lanjutnya.

HMSP mencatatkan peningkatan penjualan hampir di seluruh segmen rokoknya per September 2022. Penjualan SKM HMSP hingga akhir kuartal III/2022 mencapai Rp55 triliun, naik 14,35 persen secara tahunan dari Rp48,15 triliun.

Sementara itu, penjualan SKT mencapai Rp19,6 triliun atau meningkat 19,48 persen dari Rp16,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun GGRM membukukan kenaikan pendapatan sebesar 2,01 persen menjadi Rp93,91 triliun selama Januari—September 2022, tetapi laba bersih selama periode ini tercatat turun 63,78 persen menjadi Rp1,49 triliun.

Natalia memperkirakan GGRM akan secara bertahap menaikkan harga jual agar dapat tetap membukukan keuntungan, meski menghadapi tantangan dari sisi volume penjualan.

BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan pandangan netral pada sektor tembakau. Emiten rokok diperkirakan kembali menaikkan harga jual karena penyesuaian tarif CHT tahun depan untuk mempertahankan margin profitabilitas.

Natalia menyematkan rekomendasi hold untuk HMSP dengan target harga Rp990 per saham. Sementara itu, GGRM mendapat rekomendasi sell dengan target harga Rp15.900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper