Bisnis.com, SURAKARTA — Holding BUMN Danareksa menargetkan laba bersih konsolidasi pada akhir 2022 menembus Rp1 triliun. Subklaster kawasan industri diperkirakan masih menjadi kontributor terbesar.
Direktur Utama Danareksa Arisudono Soerono mencatat bahwa proforma laba bersih konsolidasi holding tahap I yang mencakup 10 anak perusahaan pada 2020 mencapai Rp468,6 miliar. Kemudian laba bersih konsolidasi tahap I pada 2021 sebesar Rp796 miliar.
“Laba bersih konsolidasi di kuartal III/2022 kami lihat di sekitar Rp700-an miliar. Di akhir tahun dengan kawasan industri sekitar Rp800-an miliar dan PPA [Perusahaan Pengelola Aset] Rp400-an miliar, seharusnya kami memperoleh Rp1 triliun,” kata Ari dalam Media Gathering, Senin (28/11/2022).
Ari mengatakan kalkulasi laba bersih konsolidasi pada 2022 telah mengikutsertakan kontribusi dari PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), sementara pada 2021 performa PPA belum dikonsolidasikan.
Saat ini, Danareksa memiliki 13 anak perusahaan, tiga entitas asosiasi, dan enam entitas afiliasi. Seluruh perusahaan tersebut terbagi dalam enam subklaster sektor, yakni subklaster keuangan, subklaster kawasan industri, subklaster konstruksi, subklaster media dan teknologi, subklaster konsultan konstruksi, dan subklaster pengelola air.
“Rencananya akan ada tambahan anak perusahaan, yakni yang kini berstatus afiliasi,” tambah Ari.
Baca Juga
Danareksa memiliki sejumlah strategi untuk mentransformasikan bisnis anak-anak usaha, antara lain menyiapkan perusahaan subklaster kawasan industri sebagai pengelola kawasan dengan cakupan lokasi dan layanan dukungan yang lengkap bagi investor.
Program strategis subklaster kawasan industri mencakup standardisasi infrastruktur dan layanan, penguatan recurring income, landbank expansion, dan konsolidasi back-office. Valuasi subklaster ini diestimasi bisa mencapai Rp56,1 triliun pada 2026, naik 280 persen dari 2022 yakni Rp12,8 triliun.
Langkah strategis Danareksa lainnya adalah menyiapkan PPA sebagai perusahaan terkemuka dalam restrukturisasi, pengelolaan non-performing loan (NPL) dan special situation fund.
Selanjutnya, transformasi Nindya Karya sehingga menjadi perusahaan konstruksi berbasis green construction dengan pengembangan teknologi pendanaan yang efisien sehingga nilai perusahaan bisa mencapai Rp12,6 triliun pada 2026 dari sebelumnya Rp3,2 triliun.
Danareksa juga bakal melakukan transformasi model bisnis perusahaan percetakan Balai Pustaka sehingga menjadi IP Licensing Company. Kontribusi pendapatan intellectual property melalui skema kolaborasi diharapkan bisa meningkatkan valuasi perusahaan menjadi Rp150 miliar pada 2026 dari hanya Rp10 miliar.
Ada pula transformasi Kliring Berjangka Indonesia sebagai perusahaan digital berlisensi kliring dengan memanfaatkan peluang perkembangan dan penguasaan teknologi. Potensi kenaikan nilai perusahaan pada 2026 diproyeksi mencapai Rp5,8 triliun, naik 76 persen dari Rp3,3 triliun pada 2022.