Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengklaim berhasil mengantongi komitmen investasi senilai Rp146,11 triliun dari 19 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sebesar Rp105,26 triliun telah terealisasi dengan 47.827 tenaga kerja telah terserap melalui 19 KEK tersebut. Lalu ada emiten apa saja yang ikut serta dalam komitmen investasi KEK tersebut?
Berdasarkan laporan perkembangan KEK tahun 2021, setidaknya terdapat dua pemain besar dari beberapa perusahaan yang terlibat dalam proyek KEK. Dua emiten tersebut adalah emiten Hary Tanoesoedibjo PT MNC Land Tbk. (KPIG) di KEK Lido, dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) di KEK Morotai.
KPIG berinvestasi pada KEK Lido yang terletak di Bogor, Jawa Barat. Kawasan dengan luas 1.040 hektar tersebut memiliki nilai investasi komitmen sebesar Rp7,43 triliun dan hingga 2021 telah terealisasi sebesar Rp1,23 triliun.
Beberapa entitas KPIG pun menjadi pelaku usaha di KEK Lido. PT MNC Wahana Wisata menjadi anak usaha dengan nilai komitmen yang paling tinggi yakni sebesar Rp6,58 triliun. MNC Wahana Wisata memiliki rencana bisnis pada bidang rekreasi dan pariwisata.
Selain rekreasi dan pariwisata, MNC Wahana Wisata memiliki komitmen investasi sebesar Rp71,73 miliar untuk rencana bisnis pada bidang retail, dining dan entertainment (RDE), dan parking building.
Entitas KPIG lainnya adalah, PT MNC Lido Hotel dengan komitmen investasi Rp306,73 miliar untuk rencana bisnis perhotelan.
Baca Juga
Rencananya KPIG akan melakukan pengembangan atraksi berupa theme park, golf course, retail, and dining. Kemudian terdapat pengembangan akomodasi berupa Luxury Resort, dan Hotel bintang 3, 4, dan 5.
Terakhir adalah pengembangan ekonomi kreatif yang meliputi studio film (movie land), dan music & arts center.
KEK Lido yang dikelola oleh KPIG ini diharapkan dapat menarik investasi sebesar US$2,4 miliar sekaligus menyerah 29.545 tenaga kerja ketika sudah beroperasi penuh pada tahun ke-20.
Theme park yang akan dibangun pada KEK LIDO diprediksi dapat meningkatkan jumlah wisatawan baik lokal maupun asing dengan rata-rata 3,17 juta wisatawan per tahun. Inflow devisa dari wisatawan asing serta penghematan outflow dari wisatawan lokal diperkirakan dapat mencetak US$ 4,1 miliar selama 20 tahun ke depan.
Emiten lain yang turut serta dalam investasi KEK adalah KIJA pada KEK Morotai. Melalui anak usahanya, yakni PT Jababeka Morotai merupakan Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) merangkap tenant. KEK Morotai mengantongi nilai investasi komitmen sebesar Rp805 miliar dengan nilai yang telah terealisasi mencapai Rp37 miliar pada 2021.
Jababeka Morotai memiliki rencana bisnis berupa homestay, Ruko UMKM, dan Loft Studio dengan komitmen investasi sebesar Rp525 miliar. Sementara PT Royal Castle Invesment memiliki recana bisnis berupa akomodasi dan sarana penunjang pariwisata dengan komitmen investasi Rp280 miliar.
Jababeka Morotai selaku Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) merangkap tenant tengah menyiapkan Loft studio I Tower 80 unit yang progres konstruksinya sudah 90 persen. Beberapa fasilitas lain yang telah tersedia adalah 41 unit homestay, 6 unit ruko UMKM, dan Kantor Administrator di kawasan.
Jababeka Morotai akan menyediakan lahan yang luasnya kurang lebih 17.000 meter persegi, dan PT Binamitra Kwartasedaya bertanggung jawab untuk melakukan pengembangan pariwisata berupa pembangunan street mall dan fasilitas penunjang lainnya di KEK Morotai.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan sektor kawasan industri memang tengah mendapat katalis positif dengan kondisi perekonomian yang terus membaik. Hal ini dinilai mendorong para pelaku bisnis untuk melakukan ekspansi.
Adapun dukungan dari pemerintah juga menarik minat investor terutama asing pada sektor riil demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Terutama pada industri yang terkait data center, logistik maupun kendaraan listrik saat ini," ujar Jono kepada Bisnis pada Rabu (23/11/2022).
Jono merekomendasikan buy pada saham DMAS dengan target harga per saham 240.
DMAS mendapat rekomendasi karena memiliki ekosistem yang mendukung untuk proyek data center, seperti fasilitas premium dan fiber optik khusus. DMAS juga memiliki landbank yang memadai sehingga memiliki nilai jual lahan yang lebih tinggi ketimbang pesaingnya.
DMAS juga memiliki profitabilitas yang paling tinggi dan risiko yang relatif rendah karena tidak memiliki utang berbunga.
Senada dengan Jono, Analis Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan pengelola kawasan industri memiliki kinerja yang cukup impresif sepanjang 2022. Hal ini seiring dengan adanya tren investasi dalam negeri dan asing yang mencatatkan rekor pada tahun ini berkat promosi gencar yang dilakukan pemerintah.
"Selain itu, rencana hilirisasi di berbagai industri juga dapat mendongkrak prospek emiten ini ke depannya," ujar Fajar kepada Bisnis pada Rabu (23/11/2022).
Meski demikian, investor dinilai perlu mencermati kenaikan suku bunga dan pelemahan rupiah sebagai katalis negatif pada sektor kawasan industri. Investor dapat mencermati saham yang memiliki kinerja keuangan solid dengan tingkat solvabilitas yang baik.
Fajar menyebut saham BEST dapat dicermati dengan emiten tersebut memiliki price earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) masing-masing 22, dan 2 kali.
Secara teknikal, saham BEST sedang berada dalam fase sideways sehingga investor dapat mencermati level support di 135 sebagai sinyal downtrend. Sementara resistance berada di level 142 sebagai sinyal buy dengan target harga terdekat di level 160.