Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat akhir pekan ini, Jumat (18/11/2022). IHSG berpeluang melanjutkan tren bullish pada pekan depan.
Berdasarkan data RTI pukul 15.01 WIB, IHSG ditutup menguat 0,53 persen atau naik 37,19 poin ke posisi 7.082,18 pada akhir perdagangan. Sepanjang sesi, IHSG bergerak di rentang 7.027,74—7.094,09.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan IHSG berpeluang melanjutkan bullish pada pekan depan setelah ditutup menguat akhir pekan ini. Dia mengatakan secara teknikal IHSG berusaha menembus resistance kritikal 7.100–7.140.
“Jika level ini memang bisa ditembus, maka akan membebaskan IHSG menuju target 7.250 atau 7.355–7377 yang merupakan level all-time-high,” kata Liza, Jumat (18/11/2022).
Dia mengatakan bahwa selama support 6.960 masih terjaga, maka masih terdapat harapan aksi window dressing akhir tahun bisa membawa IHSG menuju level 7.300–7.400.
Liza menambahkah data makro ekonomi menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia berada di jalur pertumbuhan yang terjaga. Hal ini tecermin dari neraca perdagangan Oktober 2022 yang mencapai US$5,76 miliar dan neraca transaksi berjalan kuartal III/2022 yang naik menjadi US$4,4 miliar.
Baca Juga
“Pencapaian ini ditambah kebijakan bank sentral yang baru saja menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin juga memberikan daya juang kepada nilai tukar rupiah yang kembali memasuki teritori Rp15.700 per dolar AS,” katanya.
Liza menyebutkan tren penguatan dolar AS menjadi hal yang tidak terhindari, mengingat peluang The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada Desember 2022. Di sisi lain, Liza mencatat bahwa permintaan terhadap dolar AS pada akhir tahun cenderung meningkat karena aksi pelunasan utang oleh perusahaan dan belanja konsumen.
“Pekan depan kita harus siap dengan potensi kenaikan dolar AS yang makin tidak terbendung. Bahkan tidak menutup kemungkinan ditutup di level Rp16.000—Rp16.200,” katanya.
Untuk rekomendasi saham yang diperdagangkan pekan depan, Liza mengatakan pasar yang didominasi emiten berbasis komoditas bakal diuntungkan dengan kenaikan dolar AS. Emiten-emiten agrikultur dan komoditas ekspor yang bisnisnya menggunakan greenback bakal diuntungkan dengan kondisi tukar saat ini.
“Ada juga sektor finansial atau perbankan yang diuntungkan dengan kenaikan suku bunga karena pendapatan dari net interest margin diperkirakan meningkat karena spread antara bunga deposit dan lending yang makin lebar,” lanjut Liza.
Namun, kata Liza, secara teknikal saham-saham perbankan berada di area resistance. Liza mengatakan investor harus jeli dalam menetapkan strategi entry ke saham-saham tersebut.