Bisnis.com, JAKARTA - Kesepakatan awal PT Pertamina New and Renewable Energy (NRE) dan Electrum (GOTO-TOBA) di tengah perhelatan G20 di Bali, melahirkan ekosistem baru di industri kendaraan listrik.
Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia adalah keniscayaan karena masalah lingkungan dan ketersediaan energi merupakan fokus semua orang saat ini.
"Selain itu, Indonesia memiliki beberapa keunggulan. Antara lain pasar motor roda dua terbesar di Asia Tenggara, punya kemampuan manufaktur dan pemilik cadangan nikel nomor 2 di dunia yang menjadi bahan baku baterai,” kata Hans Kwee, Senin (14/11/2022).
Menurut Hans, ketersediaan infrastruktur akan mendorong permintaan kendaraan listrik. Apalagi Electrum dimiliki sebagian oleh GOTO. Dia menilai penjualan kendaraan listrik ke ekosistem sendiri punya potensi menjanjikan.
Pertamina NRE adalah anak usaha PT Pertamina Persero yang mendapat mandat untuk menggarap sektor energi terbarukan, mengembangkan energi bersih dan dekarbonisasi.
Sementara itu, Electrum adalah perusahaan patungan antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Electrum menjadi ujung tombak GOTO dan TOBA dalam mewujudkan agenda pengembangan bisnis berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Baca Juga
Direktur Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menuturkan kolaborasi dengan Pertamina NRE bukan hanya melahirkan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir, juga menempatkan Electrum selangkah lebih maju dalam persaingan.
“Membangun bisnis itu sejatinya tidak mudah, apalagi bisnis kendaraan yang sudah didominasi pabrikan motor Jepang sejak puluhan tahun lampau. Karena kendaraan listrik adalah bisnis baru, para pelaku usaha punya peluang lebih besar asal mau berkolaborasi,” ucap Nico.
Menurut Nico, sinergi Pertamina NRE dan Electrum saling melengkapi. Electrum di back up penuh dua pihak, yakni TOBA yang tengah ekspansif di energi terbarukan dan berencana mengembangkan manufaktur baterai.
Kedua, GOTO sebagai pemilik ekosistem terbesar dan terintegrasi. Mitra driver GOTO yang berjumlah lebih dari 2 juta merupakan captive market.
“Sedangkan Pertamina adalah pemilik jaringan SPBU terbesar di Indonesia. Pertamina memainkan peran sangat penting karena menopang bisnis model kendaraan listrik Electrum yang berbasis tukar baterai (battery swap),” ujarnya.
Hingga April 2022, jumlah jaringan SPBU Pertamina mencapai 6.554 unit di seluruh Indonesia dengan jumlah terbanyak di Jawa Barat sebanyak 999 unit.
Hans Kwee mengapresiasi keputusan Electrum yang memilih opsi motor listrik berbasis baterai swap, ketimbang battery charging. Opsi tukar baterai itu memudahkan pengguna dan jauh lebih praktis. Selain itu, kata dia, konsumen juga tidak perlu repot memikirkan suku cadang dan kondisi baterai.
Dengan adanya battery swap, pemilik kendaraan tinggal mampir ke SPBU untuk tukar baterai tanpa perlu khawatir berapa biaya atau daya yang diperlukan untuk charging menggunakan listrik sendiri.
Nico optimistis bisnis kendaraan listrik Electrum akan menjadi salah satu game changer GOTO dalam mempercepat profit. Dari bisnis ini, GOTO berpotensi meraih pendapatan yang tidak sedikit mengingat besarnya potensi pasar di bisnis ini.
“Jumlah sepeda motor roda dua, per 1 September 2022 mencapai 120 juta unit. Sedangkan kendaraan motor listrik hanya sebanyak 21.668 unit. Kalau kita percaya bahwa pengguna motor akan beralih dari bensin ke listrik, kita bisa mengukur sendiri seberapa besar potensi bisnisnya di masa depan,” tutur dia.
Di sisi lain, Managing Director Electrum Patrick Adhiatmadja menyampaikan kesiapan perusahaan untuk menghadirkan ekosistem kendaraan listrik yang lengkap dan terintegrasi. Electrum dan Pertamina NRE akan menjajaki kerja sama ekosistem kendaraan listrik termasuk kolaborasi terkait infrastruktur baterai, seperti pengembangan teknologi, manufaktur, hingga komersialisasi. Elektrum pun membidik pembangunan ekosistem kendaraan listrik terintegrasi serta terlengkap di Indonesia
“Potensi adopsi kendaraan listrik di Indonesia, membutuhkan kolaborasi menyeluruh dari berbagai pihak, termasuk swasta dan BUMN, agar ekosistem kendaraan listrik dapat berkembang secara optimal dan dapat dimanfaatkan secara luas,” ujarnya melalui keterangan resmi, Sabtu (12/11/2022).
Patrick menilai bahwa Indonesia telah berada di jalur yang tepat untuk mengakselerasi adopsi kendaraan listrik di Asia Tenggara. Menurutnya, pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dapat memberikan nilai tambah terhadap ekonomi senilai US$10 miliar dan membuka sampai dengan 200.000 lapangan pekerjaan baru hingga 2030.
Dia memandang Indonesia mempunyai tiga keunggulan utama dalam pengembangan industri kendaraan listrik. Pertama, posisi Indonesia sebagai pasar motor roda dua terbesar di Asia Tenggara. Kedua, Indonesia sudah memiliki kemampuan dalam manufaktur kendaraan bermotor. Terakhir, cadangan nikel terbesar di dunia yang menjadi bahan utama pembuatan baterai. Ketiga hal ini, menegaskan bahwa potensi motor listrik Indonesia patut digarap serius, bahkan sudah banyak dilirik investor global.