Bisnis.com, JAKARTA - Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX) berlomba menjadi produsen sepeda motor listrik, sayangnya upaya ini tidak serta merta mendongkrak kinerja para emiten tersebut. Namun, terdapat saham yang menarik diperhatikan di antara keduanya.
Terdapat tiga emiten yang sudah memulai memproduksi kendaraan listrik dengan skala besar, yakni PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX) lewat brand Volta, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dari merek Gesits, dan joint venture PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dengan merek Electrum.
Equity Research Samuel Sekuritas Muhammad Farras Farhan bercerita mengunjungi peluncuran Electrum, JV GOTO dan TOBA yang akan memasok sepeda motor listrik untuk konferensi G20 di Bali.
Electrum saat ini telah memulai proyek pengumpulan data pengguna dan traffic kendaraan listrik roda dua, yang akan digunakan meramu strategi memperkenalkan kendaraan listrik roda dua dalam skala besar.
"Electrum berencana menawarkan dua varian kendaraan listrik roda dua, Gesits (bekerja sama dengan WIKA) dan Gogoro (diimpor dari Taiwan). Gesits ditawarkan dengan harga Rp20-30 juta, sedangkan Gogoro ditawarkan dengan harga Rp60-80 juta," jelasnya dalam riset dikutip Selasa (1/11/2022).
Sejauh ini, Electrum telah menyewakan lebih dari 500 kendaraan listrik roda dua kepada pengemudi Gojek dengan biaya yang relatif rendah Rp40.000/hari, dan dalam kurun waktu delapan bulan.
Baca Juga
Electrum telah mengumpulkan lebih dari 4 juta km data melalui fitur baru Gojek, GoRide Electric. Tujuan jangka panjang Electrum menciptakan ekosistem electric vehicle (EV) roda dua end-to-end dengan TOBA yang akan memproduksi EV roda dua dan GOTO sebagai konsumen utama, meskipun mungkin perlu waktu bagi Electrum untuk mewujudkannya.
Lanskap kompetisi yang mirip dengan roda dua berbahan bakar BBM membuat Samuel Sekuritas memperkirakan akan relatif serupa, terutama dari segi harga.
Menurut Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia, hingga September 2022, masyarakat Indonesia telah membeli 514.000 unit sepeda motor, 87,62 persen di antaranya dibanderol dengan harga Rp17-23 juta.
"Data ini menunjukkan bahwa pengguna lebih memilih produk yang memiliki nilai ekonomi yang baik. Mengingat biaya operasinya yang murah, kami yakin bahwa sepeda motor EV akan sangat cocok dengan kriteria tersebut, terutama untuk pengemudi layanan ride hailing," katanya.
Pemerintah dan perusahaan ride-hailing telah menargetkan pada 2030, semua pengemudi layanan ride-hailing akan menggunakan EV sebagai moda transportasi utama.
Untuk mengakomodasi target tersebut, Samuel Sekuritas percaya pemerintah harus mendorong lebih banyak produsen EV menawarkan produknya di Indonesia dan menyediakan lebih banyak stasiun pengisian dan penggantian baterai.
Saat ini, lebih dari 40 pabrikan sepeda motor EV telah menawarkan produknya di Indonesia. Jika standarisasi baterai dilakukan, hal ini akan menguntungkan perusahaan yang menawarkan paket lengkap sepeda motor EV dengan nilai ekonomi yang baik, stasiun pengisian daya, dan stasiun penggantian baterai.
Mengenai nilai jual kembalinya, Samuel Sekuritas yakin pasar sekunder EV di Indonesia akan sama dengan di India.
"Mengingat faktor-faktor tersebut, kami masih menyukai sepeda motor EV karena potensinya sebagai kendaraan masa depan. Ada dua emiten di bawah coverage kami yang masuk dalam bisnis sepeda motor EV yakni NFCX dan GOTO," tambahnya.
Meskipun Samuel Sekuritas meyakini GOTO memiliki peluang luar biasa di sektor sepeda motor EV, terutama dengan pengemudi Gojek sebagai target pasarnya, masih perlu waktu untuk membuktikan skalanya. Dengan begitu, Farras merekomendasikan hold GOTO dengan TP Rp200.
"Di sisi lain, kami menyukai NFCX dengan rekomendasi buy, TP Rp18.000, karena emiten ini telah masuk lebih dulu ke pasar sepeda motor EV melalui Volta. Kami yakin Volta akan diterima dengan baik oleh pasar, mengingat Volta menawarkan nilai ekonomi yang baik dan ekosistem stasiun pengisian dan penggantian baterai yang lengkap," tuturnya.
Harganya yang kompetitif antara Rp15--17 juta dan biaya operasional yang murah biaya operasional bahan bakar saja lebih rendah 82,9 persen, sementara biaya keseluruhan lebih rendah 23,9 persen menambah optimisme Samuel Sekuritas tentang prospek masa depan Volta.