Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rintisan besutan grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk. (Blibli) mengumumkan rencananya untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga penawaran Rp450 per saham. Manajemen pun optimistis keunggulannya dapat diterima oleh investor pasar modal.
Blibli ekosistem omnichannel terintegrasi bersama anak usahanya, tiket.com, yang merupakan pionir agen perjalanan online (Online Travel Agent/OTA) di Indonesia, dan Ranch Market sebagai jaringan supermarket terkemuk. Blibli optimis memberikan dampak signifikan bagi perekonomian tanah air lewat sektor digital.
Rencana Blibli melantai tentu bukan tanpa fundamental yang kuat. Blibli fokus pada model bisnis Business to Consumer (B2C) yang mana memiliki margin usaha lebih tebal dibandingkan model Consumer to Consumer (C2C). Selain itu dari sisi kinerja, Blibli mampu mencatatkan pertumbuhan total processing value (TPV) sebesar 89,29 persen secara tahunan atau Rp24,13 triliun pada semester I/2022.
CEO & Co-Founder Blibli Kusumo Martanto menyebutkan Ekosistem Blibli menyinergikan tiga platform unggulan, yaitu commerce (Blibli), online travel agent (OTA) dan gaya hidup (tiket.com), serta high quality supermarket chain terkemuka (Ranch Market).
“Dengan demikian, Blibli dapat senantiasa fokus membangun kepercayaan, memberikan kemudahan dan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan, serta menyediakan layanan yang lebih lengkap, bermanfaat dan terintegrasi dari tiap channel dan platform di dalam ekosistem,” ujar Kusumo dalam keterangan resmi, Selasa (1/11/2022).
Chief Financial Officer Blilbi Hendry mengatakan, Blibli punya empat segmen dalam pembagian TPV. Pertama, 1P retail. Di sini Blibli menawarkan produk sendiri sehingga Blibli punya kontrol penuh atas harga dan margin.
Baca Juga
Kedua, 3P retail. Pada segmen ini, Blibli menjalin kerja sama dengan brand principal dan menjual ke pihak ketiga dalam menawarkan produk. Dia bilang, sekitar 50 persen dari segmen ini berasal dari perjalanan gaya hidup dan perjalanan tiket.com.
Segmen ketiga, institusi dan keempat, dari gerai fisik. Sekadar informasi, segmen gerai fisik ini baru dimulai pada Maret 2021 dengan membuka toko fisik, baru dilanjutkan akuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) atau Ranch Market.
Menurut temuan Frost & Sullivan dan Euromonitor pada 2022, jumlah potensi pasar (total addressable market/TAM) industri e-commerce Indonesia pada 2025 diproyeksikan bertumbuh hingga 436 miliar dollar AS yang terdiri dari US$150 miliar dari ekosistem perdagangan (commerce), US$41 miliar dari sektor travel dan lifestyle, serta US$245 miliar dari kebutuhan sehari-hari (e-groceries). Potensi tersebut menjadi prospek cerah bagi ekosistem Blibli.
Pada IPO, Blibli menawarkan maksimal 17.751.205.900 saham baru dengan nominal Rp250 setiap saham atau 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor IPO. Blibli menetapkan harga penawaran sebesar Rp450 per saham.
Adapun, dana hasil IPO yang diperkirakan sebanyak-banyaknya Rp7,99 triliun akan digunakan sebagian pembayaran saldo utang fasilitas, sisanya akan dialokasikan sebagai modal kerja dalam mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha.
Menurut Kusumo, dalam proses IPO ini, semua saham yang ditawarkan adalah saham baru yang aksi korporasi ini bukanlah sebuah exit strategy, melainkan membuka peluang bermitra dengan pemegang saham publik untuk berbagi atau share the upside Blibli ke depannya.
“Dengan ekosistem yang solid dan terintegrasi kami optimis dapat menciptakan bisnis yang berkelanjutan lewat serapan pasar secara optimal. Kapabilitas Blibli mendorong bisnis yang sehat diharapkan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap pelaku bisnis di Indonesia,” kata Kusumo.